Sabtu, 26 Januari 2013

PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA ARBUSCULAR TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA MEDIA TUMBUH SEDIMEN DANAU LIMBOTO




PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA ARBUSCULAR TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA MEDIA TUMBUH SEDIMEN DANAU LIMBOTO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Biologi  Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
                                                                                         

Oleh

WAYAN SUTIANI
NIM: 431408091




 






JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI  GORONTALO
2013




ABSTRAK

Wayan Sutiani. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza Arbuscular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea  L.) pada Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto.. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Dibimbing oleh Dr. Novri Y. Kandowangko, M.P dan Yuliana Retnowati  S.Si.,M.Si .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada media tumbuh sedimen danau limboto, dengan dua indikator  parameter yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif. pada parameter vegetatif yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman dan pada parameter generatif yaitu, jumlah biji perpolong, jumlah polong pertanaman dan berat polong pertanaman. Penelitian ini dilaksanakan di green hause dan laboratorium botani jurusan biologi FMIPA. Data yang diperoleh dinalisis dengan menggunakan analisis varians dan dilakukan uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% untuk mencari perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang yang ditumbuhkan pada media sedimen danau Limboto.

Kata kunci : Sedimen Danau Limboto, Mikoriza arbuscular (MA), Kacang Tanah,       pertumbuhan.








BAB I
PENDAHULUAN



1.1              Latar Belakang
            Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman legum terpenting setelah  kedelai, yang memiliki peran strategis dalam ketersediaan pangan nasional yaitu sebagai sumber protein dan minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi,  kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27 %, karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 1999).
Kacang tanah mempunyai sistem perakaran yang berfungsi untuk menyerap hara dalam tanah. Jika unsur hara tidak mencukupi maka akan mempengaruhi pertumbuhan kacang tanah. Oleh karena itu tanaman  kacang tanah membutuhkan minimal 13 unsur hara yang diserap melalui tanah (Syafrudin, 2006). Selain itu, pertumbuhan tanaman kacang tanah juga dipengaruhi oleh kondisi fisik tanah yakni ketersediaan akan unsur-unsur hara untuk tanaman.
 Menurut Sutedjo (2010), Tumbuhan memerlukan unsur hara yang lengkap untuk dapat tumbuh terdiri unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro seperti C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan Cl. Salah satu media tumbuh yang dapat dimanfaatkan yang juga mengandung unsur hara makro dan mikro yaitu sedimen danau Limboto. Sedimen yang berada di danau Limboto merupakan salah satu masalah keberadaan danau tersebut.  Hal ini dikarenakan aktivitas manusia yang tidak terkendali. Disisi lain ternyata sedimen danau Limboto mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro yang berasal dari berbagai sampah-sampah organik dan non organik yang dibuang disekitaran danau. Unsur hara  ini cukup berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Struktur tanah berupa liat pada bagian tengah dan liat berpasir pada bagian tepi pinggiran, unsur  - unsur tersebut merupakan bagian yang sangat diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhanya. Hal tersebut menunjukan bahwa sedimen danau Limboto struktur kimia memenuhi syarat untuk dijadikan atau dimanfaatkan sebagai media tumbuh. Untuk mencukupi penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan  tanaman kacang tanah, dengan memanfaatkan beberapa mikroorganisme yang berperan seperti, mikoriza arbuscular.
Mikoriza arbuscular adalah kelompok  jamur tanah yang hidupnya memilih untuk bekerja sama dengan akar tanaman, agar jamur ini mendapat pasokan gula cair dari tanaman, dan sebaliknya jamur ini menukarkanya dalam bentuk air dan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Turjaman, 2004). Adanya berbagai macam mikoriza arbuscular pada tanaman memiliki banyak manfaat yang sangat besar bagi tanaman tersebut seperti, membantu meningkatkan penyerapan unsur – unsur hara dan nutrisi yang penting bagi tanaman. 
Mikoriza arbuscular bertujuan untuk memperbaiki tingkat serapan hara dan air terutama unsur fosfor dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen tanah melalui simbiosis antara  mikoriza arbuscular dengan akar tanaman (Sofyan, 2005). Secara tidak langsung  mikoriza arbuscular dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman melalui hifa eksternal yang mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara lain oleh tanaman. Ukuran hifa yang sangat halus pada bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat menyusup ke pori - pori tanah yang paling halus sehingga hifa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga akan membawa unsur hara seperti  fosfor, adapun mekanisme penyerapan unsur fosfor dikemukakan oleh (Tinker, 1975) yakni, kolonisasi mikoriza mengubah morfologi akar sedemikian rupa, misalnya dengan menginduksi hipertrofi akar, sehingga mengakibatkan pembesaran sistem akar, dengan demikian luas permukaan akar untuk mengabsorpsi P menjadi lebih besar. Mikoriza memiliki akses terhadap sumber P anorganik yang relatif tidak dapat larut. Selain itu, mikoriza arbuscular merupakan salah satu mikroorganisme potensial dengan adanya pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan penyerapan unsur hara terutama fosfor , selain membantu penyerapan unsur hara, mikoriza juga lebih tahan terhadap serangan patogen dan lebih toleran terhadap tekanan lingkungan seperti kekeringan, suhu, ekstrim dan kemasaman tanah, mikoriza dapat menangkal keracunan oleh Al dan konsentrasi H yang tinggi .
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Mikoriza Arbuscular  terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada  Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto”.



1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah terdapat pengaruh pemberian  mikoriza arbuscular  terhadap fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto?
2.        Apakah terdapat salah satu dosis mikoriza arbuscular  yang terbaik untuk  fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto ?

1.3  Tujuan penelitian
                 Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengaruh pemberian  mikoriza arbuscular  terhadap fase pertumbuhan  tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto.
2.      Untuk mengetahui dosis Mikoriza arbuscular  yang optimal yang berpengaruh terhadap  fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto.

1.4 Manfaat penelitian
            Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini :
1.      Sebagai sumbangsih pada almamater dan referensi bagi peneliti lain yang berminat dan tambahan ilmu di mata kuliah fisiologi tumbuhan.
2.      Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat  dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah.
3.      Dapat dijadikan sebagai acuan dasar dalam penggunaan dosis inokulan Mikoriza arbuscular .



















BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Pertumbuhan Tanaman                                                                                          
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi, panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun system perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran.
Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan  untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif  atau penandaan fase tumbuh kacang tanah dibagi menjadi  enam stadia yaitu, vegetatif stadia kecambah (VE), vegetatif stadia kotiledon terbuka(VK),vegetatif stadia buku kesatu (V1), vegetatif stadia buku kedua(V2), vegetatif stadia buku ketiga (V3), vegetatif  stadia buku ke-n (Vn). Dengan penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pa da batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan (Boote, 1982 dalam Sya’bani, 2011) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga.
            Fase generatif  kacang tanah menjadi delapan stadia yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST), pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 40- 45 HST, polong penuh atau maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5) pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 68- 75 HST, dan masak panen (R8) pada 95-100 HST (Sya’bani, 2011). Untuk fase generatif  parameter yang akan diamati pada hasil tanaman kacang tanah, setelah tanaman berumur 95 sampai 100 hari setelah tanam, adapun parameter yang akan diamati jumlah biji perpolong, jumlah polong keseluruhan dan berat polong keseluruhan (Boote, 1982 dalam Sya’bani, 2011)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yakni:
1.      Air dan Mineral, berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2.      Kelembaban Kelembaban  adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air udara dalam fase .
3.      Suhu,  di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4.       Cahaya , mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
Didalam pertumbuhan membutuhkan unsur – unsur hara untuk tanaman salah satunya  unsure hara P. Fungsi fosfor adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energi Adenosin Tri Phosphate (ATP) dan Adenosin Di Phosphate (ADP) merangsang pembelahan sel, dan membantu proses Asimilasi serta respirasi. Fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel baik sel tanaman maupun hewan. Fosfor merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan fosfor sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen.  Jika terjadi kekurangan fosfor, tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut :
a)      Lambat dan kerdil
b)       Perkembangan akar terhambat
c)      Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal.
d)     Pematangan buah terhambat
e)       Perkembangan bentuk dan warna buah buruk
f)       Biji berkembang secara tidak normal .
2.3 Mikoriza Arbuscular
Asosiasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA), yang juga disebut dengan mikoriza arbuskular (MA), merupakan asosiasi akar dengan cendawan yang paling umum dijumpai dan penyebarannya paling luas. Asosiasi ektomikoriza (EKM) juga tidak kalah pentingnya sekalipun hanya dijumpai pada beberapa famili tanaman tertentu (Brundrett, 2004).
      Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza arbuscular yaitu:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan mikoriza arbuscular  melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza arbuscular peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas mikoriza arbuscular. Suhu yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang. Mikoriza arbuscular mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah bertekstur berat dari pada di tanah berpasir (Atmaja, 2001).

2. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya mikoriza arbuscular menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air, adanya mikoriza arbuscular dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Ada beberapa alasan mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
a. Adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer air ke akar meningkat.
b. Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MA menyebabkan status P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
c. Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber- MA lebih mampu mendapatkan air daripada yang tidak ber- MA tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak bermikoriza.
d. Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air yang lebih ekonomis.
e. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan mikoriza arbuscular efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat (Atmaja, 2001).
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan mikoriza arbuscular  terhadap pH tanah berbeda-beda.
4. Bahan organik
            Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah (Pujianto, 2001).
5. Cahaya dan ketersediaan hara
Bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi cendawan mikoriza arbuscular. (Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh mikoriza arbuscular. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MA meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi mikoriza arbuscular yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang.
6. Logam berat dan unsur lain
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya mikoriza arbuscular menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah Ca didalam larutan tanah rupa - rupanya mempengaruhi perkembangan MA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat infeksi mikoriza arbuscular yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel (Pujiyanto, 2001).
Beberapa spesies mikoriza arbuscular diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies mikoriza arbuscular  peka terhadap kandungan Zn yang tinggi.
7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P .
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae (Pujiyanto, 2001).
2.4 Manfaat Mikoriza arbuscular
Manfaat CMA dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu untuk tanaman, ekosistem, dan bagi manusia. Bagi tanaman, CMA sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P), bahwa kecepatan masuknya hara P ke dalam hifa CMA dapat mencapai enam kali lebih cepat pada akar tanaman yang terinfeksi CMA dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi CMA. Manfaat CMA bagi ekosistem. CMA menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam dan Ca pada lahan berkapur sehingga P akan tersedia bagi tanaman. CMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat tanah menjadi gembur. CMA melalui akar eksternalnya menghasilkan senyawa glikoprotein glomalin dan asamasam organik yang akan mengikat butir - butir tanah menjadi agregat mikro.  Mikoriza juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan, terutama jenis ektomikoriza, seperti jamur kuping dan jamur merang. Jenis ini mudah dikenali dan dapat dikonsumsi karena mempunyai batang buah dan mengandung protein yang tinggi, vitamin, fosfat, dan kalsium (Musfal, 2010).
Menurut Puryono (1997) secara umum manfaat mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
a. Adanya mikoriza sangat penting bagi persediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman.
b. Adanya simbiose mikoriza pada akar tanaman akan dapat membantu dalam mengatasi kekurangan unsur hara terutama  fospor (P) yang tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan mikoriza mampu melepaskan ikatan Aluminiumfospat (AlPO4) dan Besifospat (FePO4) pada tanah-tanah yang asam.
c. Mikoriza dapat meningkatkan unsur hara dengan jalan memperkecil jarak
antara akar dengan unsur hara tersebut. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada pemukaan akar yang befungsi sebagai perpanjangan akar.
d. Dengan perluasan hypanya, mikoriza akan meningkatkan daya serap dari elemen-elemen yang imobil dalam tanah, misalnya : P, Cu, Zn.
e. Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat struktur agregat tanah.
f. Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama di daerah yang kondisinya sangat miskin hara, pH rendah, dan kurang air.
g. Simbiosis antar jamur dan akar tanaman dapat melindungi tanaman inangnya terhadap serangan jamur patogen dengan cara mengeluarkan zat antibiotik.
h. M A juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auxin, cytokinin, giberelin, yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang.
2.5 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Kacang tanah bagi kehidupan manusia sudah dikenal oleh masyarakat hampir seluruh dunia. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam menu makanan. Sebagai bahan konsumsi kacang tanah diolah dalam berbagai bentuk makanan seperti kue-kue, cemilan, atau hasil olahan lain.
2.5.1  Morfologi kacang Tanah
1.  Akar
            Kacang tanah berakar tunggung dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar ini dapat mati dan dapat juga menjadi akar permanen. Jika tetap permanen, akar akan berfungsi terus sebagai penyerap hara tanaman dari dalam tanah. Kacang tanah juga memiliki akar serabut dan tumbuh ke bawah sedalam 20 cm. Selain itu juga memiliki akar serabut juga mempunyai akar lateral sepanjang 5-25 cm, pada akar serabut dan lateral terdapat bulu akar. Fungsi bulu akar untuk menghisap air dan unsur hara.  
2.      Batang
            Batang tanaman kacang tanah berbentuk perdu yang tingginya 30-50 cm. Dilihat dari tipe pertumbuhan batangnya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak berumur lebih genjah (100-120 hari) dan kematangan polongnya seragam. Tipe menjalar berumur panjang (150-180) dan kematangan polongnya tidak seragam.
3.    Daun
            Daun kacang tanah bersirip genap terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas menerima cahaya matahari sebanyak banyaknya. Daun kacang tanah mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur daun kadang ada hubungannya dengan faktor penyakit.
            Percabangan kacang tanah tipe tegak umunya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak sebab umur panennya pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya beruas – ruas pada pangkal utama dan cabangnya, tiap polong berrbiji antara 2- 4 butir sehingga masaknya biasa bersamaan.
4.    Bunga
            Kacang tanah mulai berbunga kira kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak daun, Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris – garis merah pada pangkalnya, umur bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore har . Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar. sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang sampai mencapai panjang maksimum yakni 7 cm. Beberapa jam setelah penyebukan barulah terjadi pembuahan.

5.  Buah
            Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong adalah mula - mula ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas. Setelah tumbuh. Ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong.
2.5.2. Syarat Tumbuh Kacang Tanah
            Kacang tanah dapat tumbuh dan menghasilkan produktifitas dengan baik apa bila syarat tumbuhnya baik seperti halnya dengan suhu. Suhu merupakan suatu syarat tumbuh tanaman kacang tanah. Diperlukan iklim yang lembab, ditempat yang teduh batang tumbuh memanjang, pucat dan tidak membentuk polong, jadi penyinaran sinar matahari sangat membantu dalam pertumbuhan kacang tanah.
                Kacang tanah dapat tumbuh diberbagai macam tanah yang penting tanah itu dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkannya kembali dengan lancar. Kacang tanah masih dapat tumbuh asalkan pengolahan tanah dilakukan dengan sempurna, tetapi waktu panen  harus  berhati-hati, jangan sampai banyak polong yang ketinggalan dalam tanah.
            Kacang tanah tumbuh dengan baik jika  cukup mengandung unsure hara ( Ca, N, P dan K ). Kacang tanah dapat tumbuh baik asalkan struktur dan drainase tanahnya baik. Tanah yang airnya sukar meresap, perlu dibuat saluran drainase untuk menuntaskan kondisi air yang menggenang pada lapisan tanah atas.
2.5.3  Analisis  Status Hara pada Tanaman Kacang Tanah
Adapun  analisis status hara tanaman kacang tanah dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Element
Rendah
Cukup
            Tinggi
%
N
P
K
Ca
Mg
S
<3.50
0.18 – 0.24
0.5 – 1.6
<1.25
<3.30
<0.20
3.50 -4.50
0.25 – 0.50
1.70 – 3.00
1.25 – 2.00
0.30 – 0.80
0.20 – 0.35
>4.50
>0.50
>3.00
>2.00
>0.80
>0.35

Tabel.1 Status hara tanaman kacang tanah sebelum pembungaan
Sumber: (Plant Analisis  Jr, Jones, Benton, 1991)
Element
Rendah
Cukup
            Tinggi
%
N
P
K
Ca
Mg
S
<3.50
<0.20
<1,70
<1.25
<0.30
<0.20
3.50 – 4.50
0.20 – 0.35
1.70 – 3.00
1.25 – 1,75
0.30 – 0.80
0.20 – 0.30
>4.50  
>0.35
>3.00
 >1.75 
>0.80
>0.30

Tabel. 2   Status hara tanaman kacang tanah awal pembungaan
Sumber: (Plant Analisys  Jr, Jones, Benton, 1991)

2.5.4 Fase Pertumbuhan Kacang Tanah
            Pertumbuhan tanaman kacang tanah merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel yang hidup. Pertumbuhan dapat dilihat dari arah letak pertumbuhannya.  Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Pertumbuhan bagian atas yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem perakaran. Sya’bani (2011) menyatakan bahwa penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh.Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.
2.5.4.1 Fase Vegetatif
            Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif.
2.5.4.2 Fase Generatif
            Tanaman kacang tanah mulai berbunga pada umur ± 20 hari, dan berlanjut hingga umur ± 75 hari. Bunga yang berhasil menjadi polong hanya bunga yang terbentuk pada tanaman berumur sekitar 30 hari. Pembungaan dipengaruhi oleh suhu udara.  Bunga kacang tanah cepat layu karena pada saat bunga sudah terjadi penyerbukan yang umumya terjadi sebelum matahari terbit. Kurang lebih 10% bunga yamg berhasil menjadi polong, polong muda menyerap unsur hara dari tanah terutama unsur Ca.
            Kematangan biji dalam satu batang tidak seragam tergantung waktu masuknya ginofor kedalam tanah. Tanaman polongnya dianggap lebih tua bila 75% polong sudah memiliki biji yang matang yang dicirikan dengan kulit polong yang berwarna coklat tua dan terdapat bintik-bintik hitam pada bagian dalam kulit dan biji sudah mengisi penuh.
2.6. Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto
Sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya (Asdak, 2010). Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah bukit di daerah genangan banjir disaluran air, sungai dan waduk . Endapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi ke dalam air dan diangkat oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat, dimana air tidak lagi sanggup membawa partikel tersuspensi . Endapan danau yang dibagi menjadi dua lingkungan yakni tepi danau dan dasar danau yang dapat menghasilkan sedimen. Sedimen ini sendiri dapat membantu pertumbuhan tanaman yang hidup di dalam dan di sekitar Danau maupun tanaman yang sedang dibudidayakan .  
Menurut hasil analisis, bahwa sedimen yang terdapat di pinggiran danau, mengandung debu yang paling tinggi di bandingkan liat dan pasir. Sedangkan untuk pH 7,10 dan kadar air 3,53 %. Untuk C – Organik sedimen pada pinggiran danau lebih sedikit di bandingkan dengan C – Organik yang ada di tengah-tengah Danau.
a.      Unsur Hara  Dalam Sedimen Danau Limboto
Unsur N, P, dan K yang terkandung dalam sedimen diduga melalui kandungan N, P, dan K pada lapisan tanah atas (top soil) dengan total sedimen yang terbawa masuk dan terangkut keluar. Cara ini dilakukan karena sedimen yang terkumpul dari contoh larutan sedimen maupun dari air irigasi tidak mencukupi untuk keperluan analisis di laboratorium.  Menyatakan jumlah unsur hara yang terangkut oleh erosi adalah hasil perkalian antara tanah yang hilang dengan konsentrasi hara pada tanah tersebut, namun demikian dapat juga diduga melalui tanah yang hilang dengan kandungan hara pada lapisan top soil.
2.7 Hasil – Hasil Penelitian Pemanfaatan Mikoriza Arbuscular pada Tanaman
Pada tanaman kedelai terlihat pada perlakuan MA dan tanpa pemberian herbisida memperlihatkan rata- rata tinggi tanaman kedelai tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rata – rata tinggi tanaman kedelai yang inokulasi MA lebih tinggi 58% bila dibandingkan dengan tanpa inokulasi MA yaitu 42,4%.
Hasil penelitian inokulasi CMA pada bibit jati pada umur 3 bulan setelah inokulasi menghasilkan peningkatan rata-rata parameter pertumbuhan sebagai berikut : pertambahan tinggi 1,7 cm atau meningkat sebesar 26,56 % terhadap kontrol (tanpa inokulasi), diameter sebesar 0,1 mm atau meningkat sebesar 33,33 % terhadap kontrol, berat kering total 0,22 g atau meningkat sebesar 48,49 % terhadap kontrol, dan nilai NPA terbaik sebesar 0,05 g atau meningkat 20 % terhadap kontrol (Uyun, 2006).
Hasil penelitian tentang pemberian  mikoriza arbuscular  pada tanaman jagung yang ditumbuhkan pada media sedimen Danau Limboto. Pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, khususnya pada penambahan mikoriza arbuscular  sebanyak 7,5 gr di bandingkan konsentrasi yang lain. Pertumbuhan tanaman jagung yang paling baik di capai sampai umur 30 – 40 hst. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampai umur 30 – 40 hst kemungkinan terjadi asosiasi antara akar dan MA. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Fujiawati, 2012) sistem bahwa peningkatan laju tumbuh tanaman yang lebih tinggi pada pemberian dosis 7,5 gr, hal tersebut terjadi karena konsentrasi mikoriza arbuscular  berpengaruh terhadap kemampuan asosiasi akar dan mikoriza arbuscular.
2. 8 Hipotesis
        Dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1.    Terdapat pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto.
2.    Terdapat dosis  yang paling berpengaruh terhadap fase pertumbuhan  tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea  L.) pada  media tumbuh Sedimen Danau Limboto.













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di laksanakan selama ± 3 bulan (April – Juli). Penelitian dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo.
3.2. Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanaman kacang tanah yang menjadi sampel penelitian.
3.3. Variabel Yang Diamati
 Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1.   Variabel bebas (X)   : Pemberian mikoriza arbuscular (Glomus.manihotis ),
     dengan dosis 0 g/LT, 3,75 g/LT, 7,5 g/LT, 11,25g/LT
      (yang berasal dari Bali Biogen Bogor).
2.   Variabel terikat (Y)  : Indikator Tanaman Kacang Tanah
3.   3.4. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Kelompok A        :Tanpa menggunakan inokulum Mikoriza arbuscular
(sebagai kontrol)
Kelompok K     : Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 3,75 gram/LT
Kelompok L      : Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 7,5 gram/LT
Kelompok M   : Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 11,25gram/LT
3.5.         Lay Out Penelitian
I
II
III
IV
A
K
L
M
K
A
M
K
L
K
A
M
M
M
K
A

Keterangan:

                 I,II,III,IV        =  Ulangan
                 A,K,L,M         =  Perlakuan

3.6  Teknik Penelitian
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mengamati langsung objek yang diteliti yaitu pertumbuhan  tanaman kacang tanah .
3.7  Prosedur Penelitian
3.7.1 Persiapan
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan, meliputi penyediaan alat dan bahan yakni:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Timbangan, Polibag, Sekop, Kamera, Mistar, Alat tulis menulis, Oven.
Bahan – bahan yang diperlukan adalah  Biji kacang tanah varietas binson, mikoriza arbuscular, sedimen dan  air.
3.7.2        Persiapan Penanaman
            Sebelum penanaman dimulai, sedimen yang telah diambil dari danau Limboto dan masih bercampur air, ditiriskan lalu dikeringkan sehingga menjadi padat, kemudian sedimen tersebut diolah kembali agar menjadi gembur. Setelah menjadi gembur sedimen tersebut dimasukan ke dalam polybag dan ditimbang dengan berat yang sama yaitu 3 kg dan pemberian label pada polybag tersebut. Kemudian menimbang  mikoriza arbusculrar yang diperoleh dari Balitbang Mikrobiologi Bogor dengan konsentrasi 3,75 g/LT, 7,5 g/LT dan 11,25 g/LT. Akan tetapi sebelum benih kacang tanah ditanam  terlebih dahulu  konsentrasi tersebut dituangkan terlebih dahulu,  untuk perlakuan A (Tanpa pemberian mikoriza arbuscular), tanahnya cukup digemburkan saja, untuk perlakuan K (Pemberianmikoriza arbuscular 3,75 g/LT). Perlakuan L (Pemberianmikoriza arbuscular 7,5 g/LT), begitu juga dengan perlakuan M (Pemberian mikoriza arbuscular 11,25 g/LT).
3.7.3 Persiapan Tanaman Uji
 Setelah persiapan bahan uji selanjutnya persiapan benih. Benih yang digunakan adalah benih yang mempunyai morfologi relatif sama. Benih ini diperoleh di Balitbang Bogor. Setelah media tanam dan benih sudah siap, maka langkah berikutnya adalah penanaman. Sedimen yang digunakan harus cukup lembab.  Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu mikoriza arbuscular  dimuasukan kedalam polibag yang sudah berisi sedimen 3,  setelah itu  dilakukan penanaman pada lubang-lubang yang di setiap polybag. Lubang tersebut diisi (ditanami) 3 benih kacang tanah. Langkah selanjutnya yaitu di lakukan pemeliharaan . Pemeliharaan kacang tanah harus diawasi secara intensif, apabila ada kerusakan dapat segera diatasi. Kemudian penyiraman dapat dilakukan setiap satu hari sekali. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan setiap 14 hari sekali pada fase vegetatif dan untuk selanjutnya pada fase generatif.
3.8 Parameter Yang Diamati
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang akan menjadi parameter yang akan diamati pada  pertumbuhan tanaman kacang tanah yaitu;
a.       Fase Pertumbuhan Vegetatif
             Parameter yang akan diamati pada fase pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.      Tinggi tanaman kacang tanah (cm)
2.      Jumlah daun (Helai)
3.      Berat kering tanaman  (gr)
b.      Fase Pertumbuhan Generatif
              Parameter yang akan diamati pada fase pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.      Jumlah biji perpolong pertanaman (polong).
2.      Jumlah polong keseluruhan pertanaman (polong).
3.      Berat keseluruhan polong pertanaman (gr)


Flowchart: Alternate Process: Tanpa pemberian mikoriza arbuscular (sebagai kontrol)3.9 Bagan Konseptual



 


Text Box: Mikoriza arbuscular                                           












 






Tabel 3. Bagan konseptual
3.10  Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap pertumbuhan  tanaman kacang tanah pada media tumbuh  sedimen Danau Limboto maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANAVA dengan menggunakan uji F.  Jika terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji BNT, untuk melihat perlakuan yang paling berpengaruh.




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



4.1  Gambaran Umum Lokasi Penelitian


 Penelitian ini dilakukan di Green Hause Biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli tahun 2012. Penanaman dilakukan pada tanggal  25 April 2012 dan pengambilan data terakhir dilakukan tanggal 30 Juli 2012. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali . pengambilan data pertama tanaman berumur 14 hari, sedangkan pengambilan data ke-2 dilakukan setelah tanaman berumur 28 hari, pengambilan data ke-3 dilakukan setelah tanaman berumur 42  hari, pengambilan data  ke-4 dilakukan setelah tanaman berumur 75 hari, dan pengambilan data ke-5 dilakukan setelah semua tanaman menghasilkan polong yaitu tanaman berumur 100 hari.
Adapun rata-rata suhu udara dan intensitas cahaya matahari  selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Waktu
Suhu (°C)
Kelembaban %
Intensitas Cahaya
Candela
06.00-06.30
24.4
88.4
266.40
11.00-11.30
30.4
70.4
686
17.00-17.30
25.6
90.44
398.84

Tabel 4. Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban dan Intensitas Cahaya Selama Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah di Dalam Green House

Suhu udara yang baik untuk tanaman kacang tanah yaitu berkisar antara 25oC - 31oC  sehingga suhu  udara 25,6 oC  pada tempat dilaksanakanya penelitian cukup baik bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah. Selain suhu, ada faktor yang juga tidak kalah penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu cahaya. Besarnya  cahaya yang diterima oleh daun tanaman sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman terutama dalam proses fotosintesis. Kondisi tempat penelitian yang berada di didalam Green Hause yang begitu  baik walaupun sedikit terhalang oleh naungan yang disekitar Green Hause tersebut, sehingga cahaya 398,84 Candela yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman bisa masksimum baik pada pagi, siang, dan sore hari.
4.1.1. Pertumbuhan Tanaman Selama Pengamatan
Tanaman Kacang Tanah (Arachys hypogaea L.) Varietas Bison merupakan tanaman polong-polongan (leguminose) yang berupa tanaman perdu dan merupakan tanaman pangan yang sangat mudah dibudidayakan. Hasil pengamatan dilakukan Green House Biologi Universitas Negeri Gorontalo,selama pengamatan pertama pada umur 14 hari setelah tanam, dan akhir pengamatan pada umur  100  hari setelah tanam.
Pada penelitian ini, bibit kacang kacang tanah  yang akan ditanam telah diuji tingkat perkecambahanya, dimana bibit memiliki presentasi perkecambahan lebih dari 85%. Adapun kotiledon muncul pada permukaan tanah  pada hari 4-5 HST. Pertumbuhan terus berlanjut,  pada saat berumur  7-10 HST sudah mulai muncul sepasang daun muda yang mulai terbuka. Daun muda yang akan terus tumbuh dan bertambah sesuai ukuran maupun jumlahnya. Daun tetrafoliate muncul ketika tanaman berumur 10 - 14 HST.
Di samping itu, selama penelitian berlangsung dapat dilihat  ciri morfologi dari tanaman kacang tanah yakni memiliki batang dengan tipe pertumbuhan tegak dan memiliki percabangan yang tegak, daunnya tetrafoliate dan juga memiliki daun pada bagian atas lebih besar dibandingkan dengan bagian bawah,daun berwarna hijau pucat, serta permukaan daunnya memiliki bulu yang cukup banyak. Bunganya berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning muda, bertangkai panjang dan tumbuh pada ketiak daun. Sedangkan pembungaan pertama dimulai pada umur 62 HST dan terus berlanjut hingga 75 HST. Selanjutnya bunga membentuk ginofor yang berwarna ungu. Ginofor ini mulai muncul disetiap tempat terbentuknya bunga dimulai pada 65 HST, ginofor inilah yang akan menembus kedalam tanah dan berubah menjadi bakal polong. Sedangkan buahnya berbentuk polong yang berisi 1-2 biji. Bentuk polongnya agak berpinggang dan kulit biji, bentuknya lonjong. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan tanaman selama pengamatan dapat dilihat pada gambar gambar 1.
    Pengamatan 1 (14 hst)                                    Pengamatan 2 (28 hst)

             


Pengamatan 3 (48 hst)                       






          Pengamatan 3 (42 hst)                                      Pengamatan 4 (75 hst)







 








                Pengamatan 5 (100hst)





Gambar 1. Pertumbuhan tanaman kacang tanah  selama pengamatan.


4.1   Hasil Penelitian
          Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka diperoleh hasil pengukuran dengan dua indikator yakni, pertumbuhan vegetatif yaitu, tinggi tanaman, jumlah helai daun, berat kering tanaman dan genertaif, jumlah biji perpolong, jumlah polong keseluruhan dan berat polong keseluruhan. Adapun hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

4.3 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif
4.3.1  Tinggi Tanaman
Data tinggi tanaman (cm) diperoleh dari waktu setiap kali pengamatan. Data yang diuraikan merupakan rata-rata akumulasi tinggi tanaman dari pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 5 (Lampiran 4). Adapun rata-rata tinggi tanaman selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.


 







 Gambar 2. Rata-rata tinggi tanaman (cm) tanaman kacang tanah  varietas Bison yang dipengaruhi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen Danau Limboto

Dari gambar 2 dapat dijelaskan bahwa tinggi tanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis statistik  dengan menggunakan uji F ANAVA dari tinggi tanaman kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST diperoleh nilai sig (0.352) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 1.198 ( Lampiran 11) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada tinggi tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (0.458) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 0.458 ( Lampiran 11 ) >  F tabel = 3,49   (Lampiran 20 )  dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada tinggi tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 42 HST  diperoleh nilai sig (0.447) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 0.952 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison.  Pengamatan 75 HST  diperoleh nilai sig (0.315) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 1.314 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison.  Pada tinggi tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 100 HST diperoleh nilai sig (0,517) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 0.801 ( Lampiran 11 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. 
4.3.2 Jumlah Daun
Data jumlah daun (tetrafoliate) diperoleh dari waktu setiap kali pengamatan. Data yang diuraikan merupakan rata-rata akumulasi tinggi tanaman dari pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 5 (Lampiran 6). Adapun rata-rata tinggi tanaman selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.


 




  



PENGAMATAN
 
 


Gambar 3. Rata-rata jumlah daun (tetrafoliate) tanaman kacang tanah  varietas Bisonm yang dipengaruhi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen Danau Limboto

Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa jumlah daun tanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis statistik  dengan menggunakan uji F ANAVA dari jumlah daun kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST diperoleh nilai sig (.000) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 15.687 ( Lampiran 12) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada jumlah daun kacang tanah varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (.000) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 25.230 ( Lampiran 11 ) >  F tabel = 3,49   (Lampiran 20 )  dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap tinggi  jumlah daun kacang tanah varietas Bison. Pada jumlah daun kacang tanah varietas Bison pengamatan 42 HST  diperoleh nilai sig (.000) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 29.111 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 ditolak  dan H1 diterima. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah varietas Bison.  Pengamatan 75 HST  diperoleh nilai sig (0.088) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 2.766 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada jumlah daun kacang tanah varietas Bison pengamatan 100 HST diperoleh nilai sig (0.208) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 1.763 ( Lampiran 11 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. 



4.3.3 Berat Kering Tanaman
Hasil Penelitian menunjukan bahwa berat kering tanaman kacang tanah varietas bison pada perlakuan dan dosis yang berbeda – beda. Rata-rata tinggi tanaman(Lampiran 8) pada setiap pengamatan disajikan pada dalam Gambar 4.


 






Gambar 4. berat kering  tanaman (gr) tanaman kacang tanah  varietas Bison yang dipengaruhi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen Danau Limboto.

Dari gambar 4 dapat dijelaskan bahwa berat kering tanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis statistik  dengan menggunakan uji F ANAVA dari berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST diperoleh nilai sig (0.134) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 2.260( Lampiran 13) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. 
Pada berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (0.473) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 0.892( Lampiran 12 ) >  F tabel = 3,49   (Lampiran 20 )  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison.  Pada berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 42 HST  diperoleh nilai sig (.001) < α (0.05) dan nilai  F hitung = 11.636( Lampiran 12 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 ditolak  dan H1 diterima. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison.  Pengamatan 75 HST  diperoleh nilai sig (0.615) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 0.620 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 100 HST diperoleh nilai sig (0.291) > α (0.05) dan nilai  F hitung = 1.400 ( Lampiran 12 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison. 
4.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Generatif
4.4.1 Jumlah Biji Perpolong
Hasil pengamatan diperoleh jumlah biji perpolong yang dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran 10). Data yang disajikan merupakan rata-rata jumlah biji perpolong setiap ulangan dalam masing-masing perlakuan. Adapun data hasil pengamatan disajikan pada Gambar 5.



 







Gambar 5.  Rata - rata jumlah biji  perpolong tanaman  kacang tanah varietas Bison
yang diberi  Mikoriza arbuscular.

Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75g  mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5 g mikoriza arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular
            Dari gambar 5 dapat dijelaskan bahwa Jumlah biji perpolong tanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis stastistik dengan menggunakan uji F ANAVA rata-rata jumlah biji perpolong tanaman kacang tanah Varietas Bison  selama pengamatan diperoleh nilai sig (0,462) > α (0,05) dan nilai F hitung = 0,917( Lampiran 8) > F tabel = 3,49 dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata  terhadap jumlah biji perpolong . Tanaman kacang  tanah  varietas Bison .


4.4.2  Jumlah Polong Keseluruhan
Hasil pengamatan diperoleh jumlah polong  keseluruhan tanaman yang dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran 11).






Perlakuan
 
 


Gambar  6.  Rata- rata jumlah polong keseluruhan tanaman kacang tanah varietas
Bison yang diberi   mikoriza arbuscular.
Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75  g  mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5 g mikoriza arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular

Dari gambar 6 dapat dijelaskan bahwa Jumlah polong petanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis stastistik dengan menggunakan uji F ANAVA rata-rata jumlah polong pertanaman kacang tanah Varietas Bison  selama pengamatan diperoleh nilai sig (0,459) > α (0,05) dan nilai F hitung = 0,923( Lampiran 8 ) > F tabel = 3,49 dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong keseluruhan . Tanaman kacang  tanah  varietas Bison .


4.4.3 Berat Polong Keseluruhan
 Hasil pengamatan diperoleh berat polong pertanaman yang dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran 12). Data yang disajikan merupakan rata-rata berat polong pertanaman keseluruhan setiap ulangan dalam masing-masing perlakuan. Adapun data hasil pengamatan disajikan pada Gambar 7.





Perlakuan
 
 


Gambar 7. Rata – rata berat polong keseluruhan kacang tanah varietas Bison diberi mikoriza arbuscular.
Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75  g  mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5 g mikoriza arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular

Dari gambar 7 dapat dijelaskan bahwa Berat polong petanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada  pengamatan 100 HST.
Berdasrkan hasil analisis stastistik dengan menggunakan uji F ANAVA rata-rata pertambahan berat polong keseluruhan tanaman kacang tanah Varietas Bison  selama pengamatan diperoleh nilai sig (0,370) < α (0,05) dan nilai F hitung = 1,147 ( Lampiran 7 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 13)  dengan demikian maka H0 diterima  dan H1 ditolak. Hal ini berarti Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap berat  polong  pertanaman. Tanaman kacang  tanah  varietas Bison
4.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Uji F ANAVA
            Rekapitulasi hasil perhitungan statistik berdasarkan Uji ANAVA pada setiap parameter  penelitian  yang dipengaruhi mikoriza arbuscular terhadap pertumbuhan kacang tanah pada media tumbuh sedimen danau Limboto dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Parameter  yang diamati
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Berat Kering Tanaman
Jumlah Polong Perbiji
Jumlah Polong Keseluruhan
Berat Polong Keseluruhan
Pengamatan I (14 HST)
tn
*
tn
-
-
-
Pengamatan II(28 HST)
tn
*
tn
-
-
-
Pengamatan III(42 HST)
tn
*
*
-
-
-
Pengamatan IV(75 HST)
tn
tn
tn
-
-
-
Pengamatan V(100 HST)
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Tabel 5.  Rekapitulasi hasil perhitungan statistik uji F

Keterangan:  *  = berpengaruh nyata
                     tn = berpengaruh tidak nyata



4.6. Pembahasan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikan (irreversible). Peningkatan ukuran tersebut sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman dibagi manjadi 2 fase yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif.
Pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah mengalami peningkatan, berdasarkan penelitian yang dilaksanakan bahwa pemberian konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen danau Limboto. Dimana pembungaan yang seharusnya mulai berbunga pada 25 – 32 HST, namun pada hasil penelitian munculnya pembungaan pada 62 HST. Hal ini disebabkan pertumbuhan vegetatatif masih dalam stadia (V1) buku kesatu, dimana penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku utama dan perkembanganya bungga hingga menjadi polong masak serta buku – buku pada batang utama mempunyai daun yang telah berkembang penuh (Turstinah, 1986 dalam Sya’bani, 2011). Sehingga, dapat diartikan ternyata tanaman kacang tanah varietas Bison ini mempunyai pertumbuhan yang  tidak sesuai dengan stadia pertumbuhan kacang tanah  (abnormal). Terhambatnya pertumbuhan, besar kemungkinan karena pengaruh faktor lingkungan, misalnya  cahaya matahari yang masuk di Green Hause cukup rendah sehingga dapat menganggu aktivitas auksin pada meristem apikal. Menurut Widiastuti dkk: 2004) bahwa intensitas cahaya rendah  tidak dapat meningkatkan aktivitas auksin pada meristem sehingga pertumbuhan tinggi tanaman tidak akan nampak (tanpa naungan). Selain faktor lingkungan, pertumbuhan kacang tanah dipengaruhi juga oleh adanya interaksi antara sistem perakaran dengan mikroorganisme, dan salah satu mikroorganisme yaitu mikoriza arbuscular.
Mikoriza arbuscular merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mikrorgasnisme antara cendawan dan perakaran. Mikoriza arbuscular memiliki fungsi untuk membantu proses penyerapan unsur hara tanah khususnya nitrogen, fosfor dan kalium oleh tanaman. Pemberian mikoriza arbuscular pada prinsipnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dikarenakan kemampuan Mikoriza arbuscular dalam memperluas sitem perakaran melalui pembentukan hifa-hifa lateral. Disamping itu, mikoriza arbuscular terbukti mampu meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman (Setiadi, 1992). Pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman kacang tanah yang ditumbuhkan pada media tumbuh sedimen danau Limboto pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan analisis varians ANAVA  uji F menunjukan bahwa mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah varietas Bison pada media tumbuh sedimen danau Limboto. Hal tersebut kemungkinan terdapat faktor yang mempengaruhi asosiasi akar. Mikoriza arbuscular yang menyebabkan asosiasi tidak optimal. Karena  faktor utama diantaranya adalah kondisi fisikokimia sedimen yang dalam hubungannya dengan kandungan logam berat. Hasil analisis terhadap sedimen diketahui bahwa sedimen mengandung P dan Cu yang cukup tinggi. Peningkatan presentase P berkaitan dengan kemampuan mikoriza arbuscular  menjangkau tempat – tempat di dalam sedimen dimana P sulit tersedia dengan semakin luasnya permukaan serapan. Tingginya kadar Cu yang terdapat dalam sedimen bisa mengakibatkan terhambatnya atau tidak berkembang mikoriza arbuscular. Mikoriza arbuscular yang seharusnya bisa menginfeksi akar, menjadi terhambat sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
 Faktor lain yang menyebabkan lemahnya infeksi mikoriza arbuscular  ke hifa perakaran yaitu intensitas cahaya, dimana mikoriza arbuscular  membutuhkan intensitas cahaya yang cukup. Adanya cahaya matahari yang terhalang oleh naungan yang menyebakan tidak adanya cahaya matahari langsung menembus tanaman, dapat mengurangi infeksi akar dan produksi spora.  Selain itu respon tanaman terhadap mikoriza arbuscular  akan  berkurang. Hal ini disebabkan adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan internal hifa dalam akar yang berakibat terbatasnya perkembangan eksternal hifa pada rizosfer (Juliawan, 2011).
Menurun dan meningkatnya intensitas cahaya matahari sehingga dapat mempengaruhi bobot kering tanaman. Sebagaimana di ungkapkan (Harjadi, 1991: dalam Widiastuti, 2004) besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. Disisi lain peningkatan intensitas cahaya juga berpengaruh negatif terhadap asosiasi antara mikoriza arbuscular  pada sistem perakaran. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan intensitas cahaya akan meningkatkan suhu tanah sehingga akan mempengaruhi kapasitas derajat infeksi mikoriza arbuscular pada akar tanaman (Brundrett, 1991: dalam Rahmadani, 2007). Jika intensitas cahaya rendah tidak dapat meningkatkan aktivitas hormone auksin pada meristem sehingga pertumbuhan tinggi tanaman tidak Nampak, diketahui sifat tanaman kacang tanah itu selalu tumbuh tinggi dengan intensitas cahaya yang banyak atau tanpa naungan (Widiastuti, 2004).
Faktor lain  juga disebabkan karena kekurangan unsur N, dari hasil analisis kimia unsur N yang terdapat pada sedimen bagian pinggir lebih kecil dibandingkan unsur N yang terdapat pada sedimen bagian tengah dimana unsur N berfungsi sebagai meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun (Sutedjo dkk, 1987).
Hasil akhir pertumbuhan generatif pada tanaman kacang tanah varietas Bison, Pada proses pertumbuhan dan fotosintesis akan diakumulasikan pada organ penyimpan asimilat dan besar kecil hasil akhir ini tercermin melalui peningkatan atau penurunan komponen unsur hara yang dibutuhkan tidak mencapai pada saat pertumbuhan generative, dimana pada pertumbuhan generatif dalam stadia (R3) pembentukan polong.
Pertumbuhan generatif juga dapat  dipengaruhi oleh faktor - faktor antara lain faktor internal. Dimana faktor internal itu meliputi komponen unsur hara yang berperan dalam pembentukan biji atau polong yaitu unsur P dan K, pada saat fase pertumbuhan generatif unsur P dan K, tidak mencukupi kebutuhan untuk pembentukan polong. Dilihat  pada saat pembentukan biji kacang tanah terutama diperlukan komponen unsur P dan K. P berfungsi mempercepat pemasakan biji, sedangkan K berperan dalam pengisian biji kacang tanah (Ispandi dan Munip,      2004). Kemudian P organik dihidrolisis oleh mikroba secara enzimatik menggunakan enzim fosfatase atau hidrolase menjadi bentuk P anorganik. Sebagai hasil sekunder dari aktivitasnya, mikroba tersebut merubah P organik menjadi bentuk P anorganik karena adanya pelepasan asam organik yang mendorong pelepasan P anorganik yang terserap.









BAB V
PENUTUP



5.1  Simpulan
            Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
5.1.1        Pemberian mikoriza arbuscular tidak berpengaruh terhadap fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kacang tanah karena pertumbuhan vegetatif kacang tanah masih dalam stadia (V1) Buku kesatu dan generatif masih dalam stadia (R1) mulai berbunga.
5.2.  Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian mikoriza arbuscular  pada pertumbuhan tanaman kacang tanah( Arachis hypogaea L.)varietas Bison.





38
 

 
DAFTAR PUSTAKA


Asdak, Chay. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Atmaja, Wayan Dana. 2001. Bioteknologi Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Brundrett, M. 2004. Diversity and Classification of Mycorrhizal Associations.  Botanical Review. Faculty of Natural and Agricultural Sciences. Plant Soil (2009) 320:3777. ( Diakses 4 februari 2012).
Fujiawati. 2012. Pengaruh Mikoriza Arbuskula Terhadap Laju Tumbuh Tanaman Jagung (Zea Mays L) Yang Di Tumbuhkan Pada Media Sedimen Danau Limboto. Skripsi. Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Gardner, F. P. R. B. Pearce, R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia. Jakarta. .
Handayanto, E., dan K. Hairiah, 2009, Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat, Pustaka Adipura, Yogyakarta.
Ispandi, A., dan A. Munip, 2004, Efektivitas Pupuk PK dan Frekuensi Pemberian Pupuk K dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Kacang Tanah di Lahan Kering Alfisol, Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 (2) : 11-26
Jr. Jones, BentonJ,Wolf Benjamin, Mills A. Harri .1991.Plant Analisys .United states Of America .

Juliawan, N., Widhiyatra, D dan Junizar. 2011. Pendataan Penyebaran Unsur Merkuri Pada Wilayah Pertambangan Cibaliung. Pandeglang. Banten

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mubarokah, K. 2005 . Pengaruh Lama Penyimpanan Biji Terhadap Perkecambahan Dan             Pertumbuhan Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).Skripsi  jurusan biologi  Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang.
Musfal.2010. Potensi Cendawan Mikoriza Asbucular untuk meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian. Sumatera Utara.

Madjiid, 1981. Pengaruh Naungan pada Berbagai Fase Perkembangan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil kacang Tanah ( Arachis hypogaea L.). BPTP. Malang.
Nurman. 2005. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kacang Tanah pada Berbagai Jarak Tanam. Jurnal Agrivigor Vol (3) :164 – 172. Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian, Fapertahut  Unhas.

Pujiyanto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamur Mikoriza dan Bakteri Daslam Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Polii,G,M. 2009. Respon produksi tanaman kangkung darat  (Ipomea reptans poir). Unsrat Manado.Manado. Jurnal. Soil Environment Vol.7(1) : 18-20. April  2009: Tersedia di: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71091822.pdf. di akses: 9 juni 2012.

Rahmadhani, Fadhilah. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Fosfat Dan Berbagai Jenis Isolat Mikoriza Vesikular Arbuskukula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max.L.Meril) Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu. Departemen Ilmu Tanah. Medan.

Suryono. D. A , Mariam .S , Damayani . M. , Syammusa . T. , Yuniarti . A., Trinurani . E. , Machfud . Y. 2008. Pupuk dan pemupukan . hal. 60. Jurusan Ilmu Tanah  Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Sya’bani, Najmi. 2011. Pengaruh paclobuttrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang tanah ( Arachis hypogaea L.) varietas  siam dan kelinci . Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian  Institut Pertanian Bogor.
Sofyan, Abdulah. 2005. Perbanyakan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Pada berbagai varietas jagung (Zea mays  L.) dan Pemanfaatannya pada dua varietas Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Sains & Teknologi, Vol(5) : 12 – 20. Fakultas Pertanian. Universitas Hassanudin Makasar.

Syafruddin, Faesal., dan Akil, M. 2006. Pengelolaan Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Serealia. Maros. Diakses tanggal 27 januari 2012.

Setiadi,Y. 1992. Mengenal Mikoriza, Rhizobium dan Actinorizas Untuk Tanaman Kehutanan. Laboratorium Silvikultur. IPB. Bogor.
Setiawan, Arif., Setiadi, Y.,2011. Studi Status Fungi Mikoriza Arbuskula di Areal Rehabilitasi Pasca Penambangan Nikel. Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 88 – 95.

Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra. 1987. Pengantar ilmu tanah. Rineka cipta. Jakarta.

Sitompul,S.M. Guritno,B.1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.Yogyakarta: Gajah Mada University.

Sudjana. 2004. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito

Salisbury, F.B, dan C. W. Ross. 1995. Plant physiology. 4 th ed.  Terjemahaan  Dish R. Lukman dan Sumaryono. Bandung. ITB.


Suprapto, 2002. Pengaruh Naungan Jagung Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Varietas Kelinci dan Kidang dilahan Marginal. Gerokgak Buleleng. BPTP. Bali.

Smith, S.E. and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. 2nd  Edition. Academic Press
Harcourt Brace and Company Publishers, San Diego London New York Boston
Sydney Tokyo Toronto.


Turjaman, M. 2004. Mikoriza: Inovasi Teknologi Akar Sehat, Kunci Sukses  Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jakarta.  ( Diakses 4 februari 2012 ).
Tinker, P.B.H. 1975. Effects of Vesicular – Arbuscular mycorrizas on Higner Plant. Symp. Soc. Expt. Boil/29:325.345

Uyun saepul. Yuyun. 2006.Penggunaan Cendawan Mikoriza Asbukular (CMA) untuk
          Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectonia grandis Linn.F)
. Institut
          Pertanian Bogor.(diakses 20 Maret 2012).

Widiastuti, L., Tohari., Sulistyaningsih. E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro Dan Pertumbuha Tanaman Krisan Dalam Pot. Dalam: jurnal Vol.11. No. 2. Ilmu Pertanian. UGM. Hal 35 - 42.
Wachjar, Ade. 2002. Pengaruh Inokulasi Dua Species Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Serapan Fosfor Tajuk Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dalam Jurnal Bul. Agron. (30) (3) 1 – 6. Fakultas Pertanian IPB. Bogor