PENGARUH PEMBERIAN MIKORIZA ARBUSCULAR TERHADAP
PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.) PADA MEDIA TUMBUH SEDIMEN DANAU LIMBOTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh
WAYAN SUTIANI
NIM: 431408091
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
2013
ABSTRAK
Wayan Sutiani. 2013. Pengaruh
Pemberian Mikoriza Arbuscular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto..
Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri
Gorontalo. Dibimbing oleh Dr. Novri Y. Kandowangko, M.P dan Yuliana
Retnowati S.Si.,M.Si .
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap
pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh
sedimen danau limboto, dengan dua indikator
parameter yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif. pada parameter
vegetatif yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman dan pada
parameter generatif yaitu, jumlah biji perpolong, jumlah polong pertanaman dan
berat polong pertanaman. Penelitian ini dilaksanakan di green hause dan
laboratorium botani jurusan biologi FMIPA. Data yang diperoleh dinalisis dengan
menggunakan analisis varians dan dilakukan uji F pada taraf 5%. Apabila
terdapat pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah, maka
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% untuk mencari perbedaan nyata pada
setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian mikoriza
arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang yang
ditumbuhkan pada media sedimen danau Limboto.
Kata kunci : Sedimen Danau Limboto, Mikoriza
arbuscular (MA), Kacang Tanah,
pertumbuhan.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kacang
tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan
salah satu tanaman legum terpenting setelah
kedelai, yang memiliki peran strategis dalam ketersediaan pangan nasional yaitu sebagai
sumber protein dan minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi
tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40
– 50%, protein 27 %, karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 1999).
Kacang tanah
mempunyai sistem perakaran yang berfungsi untuk menyerap hara dalam tanah. Jika
unsur hara tidak mencukupi maka akan mempengaruhi pertumbuhan kacang tanah.
Oleh karena itu tanaman kacang tanah
membutuhkan minimal 13 unsur hara yang diserap melalui tanah (Syafrudin, 2006).
Selain itu, pertumbuhan tanaman
kacang tanah juga dipengaruhi oleh kondisi fisik tanah yakni ketersediaan akan
unsur-unsur hara untuk tanaman.
Menurut Sutedjo (2010), Tumbuhan memerlukan unsur
hara yang lengkap untuk dapat tumbuh terdiri unsur hara makro dan mikro. Unsur
hara makro seperti C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S sedangkan unsur hara mikro
seperti Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan Cl. Salah satu media tumbuh yang dapat
dimanfaatkan yang juga mengandung unsur hara makro dan mikro yaitu sedimen
danau Limboto. Sedimen yang berada di danau Limboto merupakan salah satu
masalah keberadaan danau tersebut. Hal
ini dikarenakan aktivitas manusia yang tidak terkendali. Disisi lain ternyata
sedimen danau Limboto mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro yang
berasal dari berbagai sampah-sampah organik dan non organik yang dibuang
disekitaran danau. Unsur hara ini cukup
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Struktur tanah berupa liat
pada bagian tengah dan liat berpasir pada bagian tepi pinggiran, unsur - unsur tersebut merupakan bagian yang sangat
diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhanya. Hal tersebut menunjukan bahwa
sedimen danau Limboto struktur kimia memenuhi syarat untuk dijadikan atau dimanfaatkan
sebagai media tumbuh. Untuk
mencukupi penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah, dengan memanfaatkan
beberapa mikroorganisme yang berperan seperti, mikoriza arbuscular.
Mikoriza arbuscular adalah kelompok jamur tanah yang hidupnya memilih untuk
bekerja sama dengan akar tanaman, agar jamur ini mendapat pasokan gula cair
dari tanaman, dan sebaliknya jamur ini menukarkanya dalam bentuk air dan unsur
hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Turjaman, 2004). Adanya berbagai
macam mikoriza arbuscular pada tanaman memiliki banyak manfaat yang sangat
besar bagi tanaman tersebut seperti, membantu meningkatkan penyerapan unsur –
unsur hara dan nutrisi yang penting bagi tanaman.
Mikoriza arbuscular bertujuan untuk memperbaiki tingkat
serapan hara dan air terutama unsur fosfor dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan patogen tanah melalui simbiosis antara mikoriza arbuscular dengan akar tanaman
(Sofyan, 2005). Secara tidak langsung mikoriza
arbuscular dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman melalui
hifa eksternal yang mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara lain oleh
tanaman. Ukuran hifa yang sangat halus pada bulu-bulu akar memungkinkan hifa
dapat menyusup ke pori - pori tanah yang paling halus sehingga hifa menyerap
air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih
besar oleh tanaman bermikoriza juga akan membawa unsur hara seperti fosfor, adapun mekanisme penyerapan unsur
fosfor dikemukakan oleh (Tinker, 1975) yakni, kolonisasi mikoriza mengubah
morfologi akar sedemikian rupa, misalnya dengan menginduksi hipertrofi akar,
sehingga mengakibatkan pembesaran sistem akar, dengan demikian luas permukaan
akar untuk mengabsorpsi P menjadi lebih besar. Mikoriza memiliki akses terhadap
sumber P anorganik yang relatif tidak dapat larut. Selain itu, mikoriza
arbuscular merupakan salah satu mikroorganisme potensial dengan adanya
pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman dengan meningkatkan penyerapan unsur hara terutama fosfor , selain
membantu penyerapan unsur hara, mikoriza juga lebih tahan terhadap serangan
patogen dan lebih toleran terhadap tekanan lingkungan seperti kekeringan, suhu,
ekstrim dan kemasaman tanah, mikoriza dapat menangkal keracunan oleh Al dan
konsentrasi H yang tinggi .
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Mikoriza Arbuscular terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat
pengaruh pemberian mikoriza
arbuscular terhadap fase pertumbuhan
tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh Sedimen Danau Limboto?
2.
Apakah terdapat salah satu dosis mikoriza
arbuscular yang terbaik untuk fase pertumbuhan
tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh Sedimen Danau Limboto ?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui pengaruh pemberian mikoriza
arbuscular terhadap fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
pada media tumbuh Sedimen Danau Limboto.
2. Untuk
mengetahui dosis Mikoriza arbuscular
yang optimal yang berpengaruh terhadap fase pertumbuhan
tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh Sedimen Danau Limboto.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun yang menjadi manfaat
dalam penelitian ini :
1. Sebagai
sumbangsih pada almamater dan
referensi bagi peneliti lain yang berminat dan tambahan ilmu di mata kuliah
fisiologi tumbuhan.
2. Penelitian
ini dapat memberikan informasi
kepada masyarakat dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah.
3. Dapat
dijadikan sebagai acuan dasar dalam penggunaan dosis inokulan Mikoriza
arbuscular .
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari
metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah
atau bobot kering, isi, panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat
dibedakan dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam
tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk
maupun system perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian
atas yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan
bertambahnya kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan
pertambahan sistem perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan
jumlah hara yang lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan
sistem perakaran.
Pertumbuhan
kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Penandaan fase
tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama
dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang
utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat
itulah yang digunakan untuk menghitung
fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif atau penandaan fase tumbuh kacang tanah
dibagi menjadi enam stadia yaitu,
vegetatif stadia kecambah (VE), vegetatif stadia kotiledon
terbuka(VK),vegetatif stadia buku kesatu (V1), vegetatif stadia buku kedua(V2),
vegetatif stadia buku ketiga (V3), vegetatif
stadia buku ke-n (Vn). Dengan penandaan fase tumbuh kacang tanah
didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pa da batang utama dan perkembangan
bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang
mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat itulah yang
digunakan (Boote, 1982 dalam Sya’bani, 2011) untuk menghitung fase tumbuh
vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai
tanaman berbunga.
Fase generatif kacang tanah menjadi delapan stadia yaitu
mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST), pembentukan ginofor
(R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 40- 45 HST, polong penuh atau
maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5) pada 52-57 HST, biji penuh
(R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 68- 75 HST, dan masak panen
(R8) pada 95-100 HST (Sya’bani, 2011). Untuk fase generatif parameter yang akan diamati pada hasil
tanaman kacang tanah, setelah tanaman berumur 95 sampai 100 hari setelah tanam,
adapun parameter yang akan diamati jumlah biji perpolong, jumlah polong
keseluruhan dan berat polong keseluruhan (Boote, 1982 dalam Sya’bani, 2011)
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yakni:
1.
Air dan Mineral, berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar.
Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal.
2.
Kelembaban Kelembaban adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air udara dalam
fase .
3.
Suhu, di antaranya
mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4.
Cahaya , mempengaruhi
fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang
gelap. Fotoperiodisme adalah
respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
Didalam pertumbuhan membutuhkan
unsur – unsur hara untuk tanaman salah satunya
unsure hara P. Fungsi fosfor adalah membentuk asam nukleat (DNA dan
RNA), menyimpan serta memindahkan energi Adenosin
Tri Phosphate (ATP) dan Adenosin
Di Phosphate (ADP) merangsang pembelahan sel, dan membantu proses
Asimilasi serta respirasi. Fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi di
dalam sel baik sel tanaman maupun hewan. Fosfor merangsang pembentukan bunga,
buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji
menjadi lebih bernas. Pemupukan fosfor sangat diperlukan oleh tanaman yang
tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau
terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Jika terjadi kekurangan fosfor, tanaman
menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut :
a) Lambat
dan kerdil
b) Perkembangan akar terhambat
c) Gejala
pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua
mengkilap yang tidak normal.
d) Pematangan
buah terhambat
e) Perkembangan bentuk dan warna buah buruk
f) Biji
berkembang secara tidak normal .
2.3 Mikoriza
Arbuscular
Asosiasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA), yang
juga disebut dengan mikoriza arbuskular (MA), merupakan asosiasi akar dengan
cendawan yang paling umum dijumpai dan penyebarannya paling luas. Asosiasi
ektomikoriza (EKM) juga tidak kalah pentingnya sekalipun hanya dijumpai pada
beberapa famili tanaman tertentu (Brundrett, 2004).
Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza arbuscular yaitu:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk
daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan
mikoriza arbuscular melalui tiga tahap
yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora
sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya terjadi pada suhu 30-33°C.
Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan
aktivitas fisiologis mikoriza arbuscular peran mikoriza hanya menurun pada suhu
diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas mikoriza
arbuscular. Suhu yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
inang. Mikoriza arbuscular mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi
pada tanah bertekstur berat dari pada di tanah berpasir (Atmaja, 2001).
2. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya mikoriza arbuscular
menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan
bertahan pada kondisi yang kurang air, adanya mikoriza arbuscular dapat
memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Ada beberapa alasan
mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
a. Adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer
air ke akar meningkat.
b. Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MA menyebabkan status P tanaman meningkat
sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
c. Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber- MA lebih mampu
mendapatkan air daripada yang tidak ber- MA tetapi jika mekanisme ini yang
terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir
ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas
mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi
1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak
bermikoriza.
d. Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air
yang lebih ekonomis.
e. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan mikoriza
arbuscular efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan
tanah menyimpan air meningkat (Atmaja, 2001).
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun
demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan mikoriza arbuscular terhadap pH tanah berbeda-beda.
4. Bahan organik
Bahan organik merupakan salah satu
komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora tampaknya
berhubungan erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah maksimum
spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen
sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen kandungan
spora sangat rendah (Pujianto, 2001).
5. Cahaya dan ketersediaan hara
Bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen
atau fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat
tanaman lebih peka terhadap infeksi cendawan mikoriza arbuscular. (Derajat
infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah.
Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh mikoriza
arbuscular. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MA
meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan
keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim
sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi mikoriza
arbuscular yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam
jaringan inang.
6. Logam berat dan unsur lain
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim
sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya mikoriza
arbuscular menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui
menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah
Ca didalam larutan tanah rupa - rupanya mempengaruhi perkembangan MA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang
memiliki derajat infeksi mikoriza arbuscular yang rendah. Hal ini mungkin
karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel
(Pujiyanto, 2001).
Beberapa spesies mikoriza arbuscular diketahui mampu beradaptasi
dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies mikoriza
arbuscular peka terhadap kandungan Zn
yang tinggi.
7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan
penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab
penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida
ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam
menyerap P .
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman
tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan
lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae (Pujiyanto,
2001).
2.4
Manfaat Mikoriza arbuscular
Manfaat
CMA dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu untuk tanaman, ekosistem, dan bagi
manusia. Bagi tanaman, CMA sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara,
khususnya unsur fosfat (P), bahwa kecepatan masuknya hara P ke dalam hifa CMA dapat
mencapai enam kali lebih cepat pada akar tanaman yang terinfeksi CMA
dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi CMA. Manfaat CMA bagi ekosistem. CMA
menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur
Al dan Fe pada lahan masam dan Ca pada lahan berkapur sehingga P akan tersedia
bagi tanaman. CMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu
membuat tanah menjadi gembur. CMA melalui akar eksternalnya menghasilkan
senyawa glikoprotein glomalin dan asamasam organik yang akan mengikat butir - butir
tanah menjadi agregat mikro. Mikoriza
juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan, terutama jenis
ektomikoriza, seperti jamur kuping dan jamur merang. Jenis ini mudah
dikenali dan dapat dikonsumsi karena mempunyai batang buah dan mengandung
protein yang tinggi, vitamin, fosfat, dan kalsium (Musfal, 2010).
Menurut Puryono (1997) secara umum manfaat mikoriza
terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
a.
Adanya mikoriza sangat penting bagi persediaan unsur hara dan pertumbuhan
tanaman.
b.
Adanya simbiose mikoriza pada akar tanaman akan dapat membantu dalam mengatasi
kekurangan unsur hara terutama fospor
(P) yang tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan mikoriza mampu melepaskan
ikatan Aluminiumfospat (AlPO4) dan Besifospat (FePO4) pada tanah-tanah yang
asam.
c. Mikoriza dapat
meningkatkan unsur hara dengan jalan memperkecil jarak
antara
akar dengan unsur hara tersebut. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada
pemukaan akar yang befungsi sebagai perpanjangan akar.
d.
Dengan perluasan hypanya, mikoriza akan meningkatkan daya serap dari
elemen-elemen yang imobil dalam tanah, misalnya : P, Cu, Zn.
e.
Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat struktur
agregat tanah.
f.
Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
terutama di daerah yang kondisinya sangat miskin hara, pH rendah, dan kurang
air.
g.
Simbiosis antar jamur dan akar tanaman dapat melindungi tanaman inangnya
terhadap serangan jamur patogen dengan cara mengeluarkan zat antibiotik.
h.
M A juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auxin, cytokinin, giberelin, yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang.
2.5
Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Kacang
tanah bagi kehidupan manusia sudah dikenal oleh masyarakat hampir seluruh
dunia. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup
penting dalam menu makanan. Sebagai bahan konsumsi kacang tanah diolah dalam
berbagai bentuk makanan seperti kue-kue, cemilan, atau hasil olahan lain.
2.5.1
Morfologi kacang Tanah
1. Akar
Kacang tanah berakar tunggung dengan
akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang
bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar ini
dapat mati dan dapat juga menjadi akar permanen. Jika tetap permanen, akar akan
berfungsi terus sebagai penyerap hara tanaman dari dalam tanah. Kacang tanah
juga memiliki akar serabut dan tumbuh ke bawah sedalam 20 cm. Selain itu juga
memiliki akar serabut juga mempunyai akar lateral sepanjang 5-25 cm, pada akar
serabut dan lateral terdapat bulu akar. Fungsi bulu akar untuk menghisap air
dan unsur hara.
2. Batang
Batang tanaman kacang tanah
berbentuk perdu yang tingginya 30-50 cm. Dilihat dari tipe pertumbuhan
batangnya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak
berumur lebih genjah (100-120 hari) dan kematangan polongnya seragam. Tipe
menjalar berumur panjang (150-180) dan kematangan polongnya tidak seragam.
3. Daun
Daun kacang tanah bersirip genap
terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak
daun ini bertugas menerima cahaya matahari sebanyak banyaknya. Daun kacang
tanah mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian bawah.
Selain berhubungan dengan umur, gugur daun kadang ada hubungannya dengan faktor
penyakit.
Percabangan kacang tanah tipe tegak
umunya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak
sebab umur panennya pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya beruas – ruas
pada pangkal utama dan cabangnya, tiap polong berrbiji antara 2- 4 butir
sehingga masaknya biasa bersamaan.
4. Bunga
Kacang
tanah mulai berbunga kira kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak
daun, Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris –
garis merah pada pangkalnya, umur bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari
dan layu pada sore har . Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri
dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar.
sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang sampai mencapai panjang
maksimum yakni 7 cm. Beberapa jam setelah penyebukan barulah terjadi pembuahan.
5. Buah
Kacang
tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah
tersebut tumbuh memanjang inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai
polong. Cara pembentukan polong adalah mula - mula ujung ginofora yang runcing
mengarah ke atas. Setelah tumbuh. Ginofora tersebut melengkung ke bawah dan
masuk ke dalam tanah. Setelah menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong.
2.5.2.
Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Kacang
tanah dapat tumbuh dan menghasilkan produktifitas dengan baik apa bila syarat
tumbuhnya baik seperti halnya dengan suhu. Suhu merupakan suatu syarat
tumbuh tanaman kacang tanah. Diperlukan iklim yang lembab, ditempat yang teduh
batang tumbuh memanjang, pucat dan tidak membentuk polong, jadi penyinaran
sinar matahari sangat membantu dalam pertumbuhan kacang tanah.
Kacang
tanah dapat tumbuh diberbagai macam tanah yang penting tanah itu dapat menyerap
air dengan baik dan mengalirkannya kembali dengan lancar. Kacang tanah masih
dapat tumbuh asalkan pengolahan tanah dilakukan dengan sempurna, tetapi waktu
panen harus berhati-hati, jangan sampai banyak polong yang
ketinggalan dalam tanah.
Kacang
tanah tumbuh dengan baik jika cukup
mengandung unsure hara ( Ca, N, P dan K ). Kacang tanah dapat tumbuh baik
asalkan struktur dan drainase tanahnya baik. Tanah yang airnya sukar meresap,
perlu dibuat saluran drainase untuk menuntaskan kondisi air yang menggenang
pada lapisan tanah atas.
2.5.3 Analisis
Status Hara pada Tanaman Kacang Tanah
Adapun analisis status hara tanaman kacang tanah dapat
dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Element
|
Rendah
|
Cukup
|
Tinggi
|
%
|
|||
N
P
K
Ca
Mg
S
|
<3.50
0.18 – 0.24
0.5 – 1.6
<1.25
<3.30
<0.20
|
3.50 -4.50
0.25 – 0.50
1.70 – 3.00
1.25 – 2.00
0.30 – 0.80
0.20 – 0.35
|
>4.50
>0.50
>3.00
>2.00
>0.80
>0.35
|
Tabel.1 Status
hara tanaman kacang tanah sebelum pembungaan
Sumber: (Plant Analisis Jr, Jones, Benton, 1991)
Element
|
Rendah
|
Cukup
|
Tinggi
|
%
|
|||
N
P
K
Ca
Mg
S
|
<3.50
<0.20
<1,70
<1.25
<0.30
<0.20
|
3.50 – 4.50
0.20 – 0.35
1.70 – 3.00
1.25 – 1,75
0.30 – 0.80
0.20 – 0.30
|
>4.50
>0.35
>3.00
>1.75
>0.80
>0.30
|
Tabel. 2 Status hara tanaman kacang tanah awal
pembungaan
Sumber: (Plant Analisys Jr, Jones, Benton, 1991)
2.5.4 Fase
Pertumbuhan Kacang Tanah
Pertumbuhan
tanaman kacang tanah merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel yang hidup.
Pertumbuhan dapat dilihat dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah,
sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Pertumbuhan bagian atas
yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya
kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem
perakaran. Sya’bani (2011) menyatakan bahwa penandaan fase tumbuh kacang
tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan
perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang
utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh.Pertumbuhan kacang tanah
terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.
2.5.4.1 Fase Vegetatif
Fase vegetatif pada tanaman kacang
tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar antara
26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif.
2.5.4.2 Fase Generatif
Tanaman kacang tanah mulai berbunga
pada umur ± 20 hari, dan berlanjut hingga umur ± 75 hari. Bunga yang berhasil
menjadi polong hanya bunga yang terbentuk pada tanaman berumur sekitar 30 hari.
Pembungaan dipengaruhi oleh suhu udara.
Bunga kacang tanah cepat layu karena pada saat bunga sudah terjadi
penyerbukan yang umumya terjadi sebelum matahari terbit. Kurang lebih 10% bunga
yamg berhasil menjadi polong, polong muda menyerap unsur hara dari tanah
terutama unsur Ca.
Kematangan biji dalam satu batang
tidak seragam tergantung waktu masuknya ginofor kedalam tanah. Tanaman
polongnya dianggap lebih tua bila 75% polong sudah memiliki biji yang matang
yang dicirikan dengan kulit polong yang berwarna coklat tua dan terdapat
bintik-bintik hitam pada bagian dalam kulit dan biji sudah mengisi penuh.
2.6.
Media Tumbuh Sedimen
Danau Limboto
Sedimen
adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis
erosi tanah lainnya
(Asdak, 2010).
Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah bukit di daerah genangan banjir
disaluran air, sungai dan waduk
. Endapan
bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi ke dalam air dan diangkat
oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat, dimana air tidak lagi
sanggup membawa partikel tersuspensi .
Endapan danau yang dibagi menjadi dua
lingkungan yakni tepi danau dan dasar danau yang dapat menghasilkan sedimen. Sedimen ini sendiri dapat membantu
pertumbuhan tanaman yang hidup di dalam dan di sekitar
Danau maupun tanaman yang sedang dibudidayakan .
Menurut
hasil analisis, bahwa sedimen yang terdapat di pinggiran danau, mengandung debu
yang paling tinggi di bandingkan liat dan pasir. Sedangkan untuk pH 7,10 dan
kadar air 3,53 %. Untuk C – Organik sedimen pada pinggiran danau lebih sedikit
di bandingkan dengan C – Organik yang ada di tengah-tengah Danau.
a.
Unsur Hara
Dalam Sedimen Danau Limboto
Unsur N, P, dan K yang terkandung dalam sedimen
diduga melalui kandungan N, P, dan K pada lapisan tanah atas (top soil) dengan total sedimen yang terbawa masuk dan terangkut
keluar. Cara ini dilakukan karena sedimen yang terkumpul dari contoh larutan
sedimen maupun dari air irigasi tidak mencukupi untuk keperluan analisis di
laboratorium. Menyatakan jumlah unsur
hara yang terangkut oleh erosi adalah hasil perkalian antara tanah yang hilang
dengan konsentrasi hara pada tanah tersebut, namun demikian dapat juga diduga
melalui tanah yang hilang dengan kandungan hara pada lapisan top soil.
2.7
Hasil – Hasil Penelitian Pemanfaatan Mikoriza Arbuscular pada Tanaman
Pada tanaman kedelai terlihat pada perlakuan MA dan tanpa
pemberian herbisida memperlihatkan rata- rata tinggi tanaman kedelai tertinggi bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rata – rata tinggi tanaman kedelai yang
inokulasi MA lebih tinggi 58% bila dibandingkan dengan tanpa inokulasi MA yaitu
42,4%.
Hasil penelitian inokulasi CMA pada bibit jati pada umur 3
bulan setelah inokulasi menghasilkan peningkatan rata-rata parameter
pertumbuhan sebagai berikut : pertambahan tinggi 1,7 cm atau meningkat sebesar
26,56 % terhadap kontrol (tanpa inokulasi), diameter sebesar 0,1 mm atau
meningkat sebesar 33,33 % terhadap kontrol, berat kering total 0,22 g atau
meningkat sebesar 48,49 % terhadap kontrol, dan nilai NPA terbaik sebesar 0,05
g atau meningkat 20 % terhadap kontrol (Uyun, 2006).
Hasil penelitian
tentang pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman jagung yang ditumbuhkan pada
media sedimen Danau Limboto. Pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, khususnya pada penambahan mikoriza arbuscular sebanyak 7,5 gr di bandingkan konsentrasi
yang lain. Pertumbuhan tanaman jagung yang paling baik di capai sampai umur 30
– 40 hst. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampai umur 30 – 40 hst kemungkinan
terjadi asosiasi antara akar dan MA. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian (Fujiawati, 2012) sistem bahwa peningkatan laju tumbuh tanaman yang
lebih tinggi pada pemberian dosis 7,5 gr, hal tersebut terjadi karena
konsentrasi mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap kemampuan asosiasi akar
dan mikoriza arbuscular.
2. 8 Hipotesis
Dalam
penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1.
Terdapat pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap
fase pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh
Sedimen Danau Limboto.
2.
Terdapat dosis yang
paling berpengaruh terhadap fase pertumbuhan
tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) pada media tumbuh Sedimen Danau Limboto.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian di laksanakan
selama ± 3 bulan (April – Juli). Penelitian dilaksanakan di Green House Jurusan
Biologi Universitas Negeri Gorontalo.
3.2.
Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanaman kacang tanah yang menjadi
sampel penelitian.
3.3.
Variabel Yang Diamati
Variabel
yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel
bebas (X) : Pemberian mikoriza arbuscular
(Glomus.manihotis ),
dengan dosis 0 g/LT, 3,75 g/LT, 7,5 g/LT,
11,25g/LT
(yang berasal dari Bali Biogen Bogor).
2.
Variabel terikat (Y) : Indikator Tanaman Kacang Tanah
3.
3.4.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Kelompok A :Tanpa
menggunakan inokulum Mikoriza arbuscular
(sebagai
kontrol)
Kelompok K
: Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 3,75 gram/LT
Kelompok L : Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 7,5
gram/LT
Kelompok M
: Inokulum Mikoriza arbuscular sebanyak 11,25gram/LT
3.5.
Lay Out
Penelitian
I
|
II
|
III
|
IV
|
A
|
K
|
L
|
M
|
K
|
A
|
M
|
K
|
L
|
K
|
A
|
M
|
M
|
M
|
K
|
A
|
Keterangan:
I,II,III,IV =
Ulangan
A,K,L,M =
Perlakuan
3.6 Teknik Penelitian
3.6.1. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mengamati langsung objek yang
diteliti yaitu pertumbuhan tanaman
kacang tanah .
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1
Persiapan
Tahap awal yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah persiapan, meliputi penyediaan alat dan bahan
yakni:
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Timbangan, Polibag, Sekop, Kamera, Mistar, Alat tulis
menulis, Oven.
Bahan – bahan yang diperlukan
adalah Biji kacang tanah varietas binson,
mikoriza arbuscular, sedimen dan air.
3.7.2
Persiapan Penanaman
Sebelum penanaman
dimulai, sedimen yang telah diambil dari danau Limboto dan masih bercampur air,
ditiriskan lalu dikeringkan sehingga menjadi padat, kemudian sedimen tersebut
diolah kembali agar menjadi gembur. Setelah menjadi gembur sedimen tersebut
dimasukan ke dalam polybag dan ditimbang dengan berat yang sama yaitu 3 kg dan
pemberian label pada polybag tersebut. Kemudian menimbang mikoriza arbusculrar yang diperoleh dari
Balitbang Mikrobiologi Bogor dengan konsentrasi 3,75 g/LT, 7,5 g/LT dan 11,25
g/LT. Akan tetapi sebelum benih
kacang tanah ditanam terlebih dahulu konsentrasi tersebut dituangkan terlebih
dahulu, untuk
perlakuan A (Tanpa pemberian mikoriza arbuscular), tanahnya cukup digemburkan
saja, untuk perlakuan K (Pemberianmikoriza arbuscular 3,75 g/LT). Perlakuan L (Pemberianmikoriza arbuscular 7,5 g/LT),
begitu juga dengan perlakuan M (Pemberian mikoriza arbuscular 11,25 g/LT).
3.7.3 Persiapan Tanaman Uji
Setelah persiapan bahan uji
selanjutnya persiapan benih. Benih yang digunakan adalah benih yang mempunyai
morfologi relatif sama. Benih ini diperoleh di Balitbang Bogor. Setelah media
tanam dan benih sudah siap, maka langkah berikutnya adalah penanaman. Sedimen
yang digunakan harus cukup lembab.
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu mikoriza arbuscular dimuasukan kedalam polibag yang sudah berisi
sedimen 3, setelah itu dilakukan penanaman pada lubang-lubang yang di
setiap polybag. Lubang tersebut diisi (ditanami) 3 benih kacang tanah. Langkah
selanjutnya yaitu di lakukan pemeliharaan . Pemeliharaan kacang tanah harus diawasi secara intensif, apabila ada
kerusakan dapat segera diatasi. Kemudian penyiraman dapat dilakukan setiap satu
hari sekali. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan setiap 14 hari sekali
pada fase vegetatif dan untuk selanjutnya pada fase generatif.
3.8 Parameter Yang Diamati
Dalam penelitian ini
ada beberapa hal yang akan menjadi parameter yang akan diamati pada pertumbuhan tanaman kacang tanah yaitu;
a.
Fase Pertumbuhan Vegetatif
Parameter yang akan diamati pada fase
pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.
Tinggi tanaman kacang
tanah (cm)
2.
Jumlah daun (Helai)
3.
Berat kering tanaman (gr)
b.
Fase Pertumbuhan Generatif
Parameter yang akan diamati pada fase pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.
Jumlah biji perpolong pertanaman (polong).
2.
Jumlah polong keseluruhan pertanaman
(polong).
3.
Berat keseluruhan polong pertanaman (gr)
3.9
Bagan Konseptual
Tabel 3. Bagan
konseptual
3.10 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza
arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman
kacang tanah pada media tumbuh sedimen Danau
Limboto maka data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan ANAVA dengan menggunakan uji F. Jika terdapat pengaruh maka dilanjutkan
dengan uji BNT, untuk melihat perlakuan yang paling berpengaruh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Green Hause
Biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April sampai bulan Juli tahun 2012. Penanaman dilakukan pada tanggal 25 April 2012 dan pengambilan data terakhir
dilakukan tanggal 30 Juli 2012. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali .
pengambilan data pertama tanaman berumur 14 hari, sedangkan
pengambilan data ke-2 dilakukan setelah tanaman berumur 28 hari, pengambilan
data ke-3 dilakukan setelah tanaman berumur 42
hari, pengambilan data ke-4
dilakukan setelah tanaman berumur 75 hari, dan pengambilan data ke-5 dilakukan
setelah semua tanaman menghasilkan polong yaitu tanaman berumur 100 hari.
Adapun rata-rata suhu udara
dan intensitas cahaya matahari selama
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Waktu
|
Suhu (°C)
|
Kelembaban %
|
Intensitas Cahaya
|
Candela
|
|||
06.00-06.30
|
24.4
|
88.4
|
266.40
|
11.00-11.30
|
30.4
|
70.4
|
686
|
17.00-17.30
|
25.6
|
90.44
|
398.84
|
Tabel 4. Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban dan
Intensitas Cahaya Selama Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah di Dalam Green
House
Suhu udara yang baik untuk
tanaman kacang tanah yaitu berkisar antara 25oC - 31oC sehingga suhu
udara 25,6 oC pada
tempat dilaksanakanya penelitian cukup baik bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah.
Selain suhu, ada faktor yang juga tidak kalah penting bagi pertumbuhan tanaman
yaitu cahaya. Besarnya cahaya yang
diterima oleh daun tanaman sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman terutama
dalam proses fotosintesis. Kondisi tempat penelitian yang berada di didalam
Green Hause yang begitu baik walaupun
sedikit terhalang oleh naungan yang disekitar Green Hause tersebut, sehingga
cahaya 398,84 Candela yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman bisa masksimum
baik pada pagi, siang, dan sore hari.
4.1.1. Pertumbuhan
Tanaman Selama Pengamatan
Tanaman Kacang Tanah (Arachys hypogaea L.) Varietas Bison
merupakan tanaman polong-polongan (leguminose) yang berupa tanaman perdu dan
merupakan tanaman pangan yang sangat mudah dibudidayakan. Hasil pengamatan
dilakukan Green House Biologi Universitas Negeri Gorontalo,selama pengamatan
pertama pada umur 14 hari setelah tanam, dan akhir pengamatan pada umur 100
hari setelah tanam.
Pada penelitian ini, bibit
kacang kacang tanah yang akan ditanam
telah diuji tingkat perkecambahanya, dimana bibit memiliki presentasi
perkecambahan lebih dari 85%. Adapun kotiledon muncul pada permukaan
tanah pada hari 4-5 HST. Pertumbuhan
terus berlanjut, pada saat berumur 7-10 HST sudah mulai muncul sepasang daun
muda yang mulai terbuka. Daun muda yang akan terus tumbuh dan bertambah sesuai
ukuran maupun jumlahnya. Daun tetrafoliate muncul ketika tanaman berumur 10 -
14 HST.
Di samping itu, selama penelitian berlangsung dapat dilihat ciri morfologi dari tanaman kacang tanah yakni
memiliki batang dengan tipe pertumbuhan tegak dan memiliki percabangan yang
tegak, daunnya tetrafoliate dan juga memiliki daun pada bagian atas lebih besar
dibandingkan dengan bagian bawah,daun berwarna hijau pucat, serta permukaan
daunnya memiliki bulu yang cukup banyak. Bunganya berbentuk kupu-kupu dan
berwarna kuning muda, bertangkai panjang dan tumbuh pada ketiak daun. Sedangkan
pembungaan pertama dimulai pada umur 62 HST dan terus berlanjut hingga 75 HST.
Selanjutnya bunga membentuk ginofor yang berwarna ungu. Ginofor ini mulai
muncul disetiap tempat terbentuknya bunga dimulai pada 65 HST, ginofor inilah
yang akan menembus kedalam tanah dan berubah menjadi bakal polong. Sedangkan
buahnya berbentuk polong yang berisi 1-2 biji. Bentuk polongnya agak
berpinggang dan kulit biji, bentuknya lonjong. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan
tanaman selama pengamatan dapat dilihat pada gambar gambar 1.
Pengamatan 1 (14 hst) Pengamatan
2 (28 hst)
Pengamatan
3 (48 hst)
Pengamatan 3 (42 hst) Pengamatan
4 (75 hst)
Pengamatan 5 (100hst)
Gambar 1. Pertumbuhan tanaman kacang tanah selama pengamatan.
4.1 Hasil
Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka
diperoleh hasil pengukuran dengan dua indikator yakni, pertumbuhan vegetatif
yaitu, tinggi tanaman, jumlah helai daun, berat kering tanaman dan genertaif,
jumlah biji perpolong, jumlah polong keseluruhan dan berat polong keseluruhan.
Adapun hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut.
4.3
Hasil Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif
4.3.1 Tinggi Tanaman
Data tinggi tanaman (cm)
diperoleh dari waktu setiap kali pengamatan. Data yang diuraikan merupakan
rata-rata akumulasi tinggi tanaman dari pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 5
(Lampiran 4). Adapun rata-rata tinggi tanaman selama pengamatan dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar
2. Rata-rata tinggi tanaman (cm)
tanaman kacang tanah varietas Bison yang
dipengaruhi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen Danau Limboto
Dari gambar 2 dapat dijelaskan
bahwa tinggi tanaman kacang tanah mengalami
peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang
tidak diberi mikoriza arbuscular pada pengamatan
100 HST.
Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji F ANAVA
dari tinggi tanaman kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST
diperoleh nilai sig (0.352) > α (0.05) dan nilai F hitung = 1.198 ( Lampiran 11)
< F tabel = 3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal
ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada tinggi tanaman kacang
tanah varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (0.458) < α
(0.05) dan nilai F hitung =
0.458 ( Lampiran 11 ) > F tabel
= 3,49 (Lampiran 20 ) dengan
demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada tinggi tanaman kacang tanah varietas
Bison pengamatan 42 HST diperoleh nilai
sig (0.447) > α (0.05) dan nilai F hitung
= 0.952 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tanaman kacang tanah varietas Bison.
Pengamatan 75 HST diperoleh nilai
sig (0.315) > α (0.05) dan nilai F hitung
= 1.314 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan
demikian maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tanaman kacang tanah varietas
Bison. Pada tinggi tanaman kacang tanah
varietas Bison pengamatan 100 HST diperoleh nilai sig (0,517) < α (0.05) dan
nilai F hitung = 0.801 (
Lampiran 11 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tanaman kacang tanah varietas Bison.
4.3.2
Jumlah Daun
Data jumlah daun (tetrafoliate) diperoleh dari waktu setiap kali
pengamatan. Data yang diuraikan merupakan rata-rata akumulasi tinggi tanaman dari
pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 5 (Lampiran 6). Adapun rata-rata tinggi
tanaman selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.
|
Gambar
3. Rata-rata jumlah daun
(tetrafoliate) tanaman kacang tanah
varietas Bisonm yang dipengaruhi mikoriza arbuscular pada media tumbuh
sedimen Danau Limboto
Dari gambar 3 dapat dijelaskan
bahwa jumlah daun tanaman kacang tanah mengalami
peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang
tidak diberi mikoriza arbuscular pada pengamatan
100 HST.
Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji F ANAVA
dari jumlah daun kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST diperoleh
nilai sig (.000) < α (0.05) dan nilai
F hitung = 15.687 ( Lampiran 12) < F tabel =
3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap
jumlah daun tanaman kacang tanah varietas Bison. Pada jumlah daun kacang tanah
varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (.000) < α (0.05) dan
nilai F hitung = 25.230 (
Lampiran 11 ) > F tabel =
3,49 (Lampiran 20 ) dengan
demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap tinggi jumlah daun kacang tanah varietas Bison. Pada
jumlah daun kacang tanah varietas Bison pengamatan 42 HST diperoleh nilai sig (.000) < α (0.05) dan
nilai F hitung = 29.111 (
Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan demikian maka H0
ditolak dan H1 diterima. Hal
ini berarti pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman kacang tanah varietas Bison.
Pengamatan 75 HST diperoleh nilai
sig (0.088) > α (0.05) dan nilai F hitung
= 2.766 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan
demikian maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah varietas
Bison. Pada jumlah daun kacang tanah varietas Bison pengamatan 100 HST
diperoleh nilai sig (0.208) > α (0.05) dan nilai F hitung = 1.763 ( Lampiran 11 )
> F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )
dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tanaman kacang tanah varietas Bison.
4.3.3
Berat Kering Tanaman
Hasil Penelitian menunjukan bahwa berat kering
tanaman kacang tanah varietas bison pada perlakuan dan dosis yang berbeda –
beda. Rata-rata tinggi tanaman(Lampiran 8) pada setiap pengamatan disajikan
pada dalam Gambar 4.
Gambar
4. berat kering tanaman (gr) tanaman kacang tanah varietas Bison yang dipengaruhi mikoriza
arbuscular pada media tumbuh sedimen Danau Limboto.
Dari gambar 4 dapat dijelaskan
bahwa berat kering tanaman kacang tanah mengalami
peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang
tidak diberi mikoriza arbuscular pada pengamatan
100 HST.
Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji F ANAVA
dari berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pada pengamatan 14 HST
diperoleh nilai sig (0.134) > α (0.05) dan nilai F hitung = 2.260( Lampiran 13)
< F tabel = 3,49 ( Lampiran 20 ) dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
tanaman kacang tanah varietas Bison.
Pada berat kering tanaman
kacang tanah varietas Bison pengamatan 28 HST diperoleh nilai sig (0.473) >
α (0.05) dan nilai F hitung =
0.892( Lampiran 12 ) > F tabel
= 3,49 (Lampiran 20 ) dengan
demikian maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular
berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas
Bison. Pada berat kering tanaman kacang
tanah varietas Bison pengamatan 42 HST
diperoleh nilai sig (.001) < α (0.05) dan nilai F hitung = 11.636( Lampiran 12 )
< F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )
dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman
kacang tanah varietas Bison. Pengamatan
75 HST diperoleh nilai sig (0.615) >
α (0.05) dan nilai F hitung =
0.620 ( Lampiran 11 ) < F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 ) dengan
demikian maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti pemberian mikoriza arbuscular
berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman kacang tanah varietas
Bison. Pada berat kering tanaman kacang tanah varietas Bison pengamatan 100 HST
diperoleh nilai sig (0.291) > α (0.05) dan nilai F hitung = 1.400 ( Lampiran 12 )
> F tabel = 3,49 ( Lampiran 22 )
dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
pemberian mikoriza arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering
tanaman kacang tanah varietas Bison.
4.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Generatif
4.4.1
Jumlah Biji Perpolong
Hasil pengamatan diperoleh
jumlah biji perpolong yang dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran
10). Data yang disajikan merupakan rata-rata jumlah biji perpolong setiap
ulangan dalam masing-masing perlakuan. Adapun data hasil pengamatan disajikan
pada Gambar 5.
Gambar 5. Rata - rata jumlah
biji perpolong tanaman kacang tanah varietas Bison
yang diberi Mikoriza arbuscular.
Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75g
mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5 g mikoriza
arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular
Dari
gambar 5 dapat dijelaskan bahwa Jumlah biji perpolong tanaman kacang tanah mengalami peningkatan untuk semua
konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak diberi mikoriza
arbuscular pada pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis stastistik dengan menggunakan uji F
ANAVA rata-rata jumlah biji perpolong tanaman kacang tanah Varietas Bison selama pengamatan diperoleh nilai sig (0,462)
> α (0,05) dan nilai F hitung = 0,917( Lampiran 8) > F tabel
= 3,49 dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah biji perpolong . Tanaman kacang tanah
varietas Bison .
4.4.2 Jumlah Polong Keseluruhan
Hasil pengamatan diperoleh
jumlah polong keseluruhan tanaman yang
dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran 11).
|
Gambar 6.
Rata- rata jumlah polong keseluruhan tanaman kacang tanah varietas
Bison yang diberi mikoriza
arbuscular.
Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75 g mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5
g mikoriza arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular
Dari gambar 6 dapat dijelaskan
bahwa Jumlah
polong petanaman kacang tanah
mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular
dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada
pengamatan 100 HST.
Berdasarkan hasil analisis
stastistik dengan menggunakan uji F ANAVA rata-rata jumlah polong pertanaman kacang
tanah Varietas Bison selama pengamatan
diperoleh nilai sig (0,459) > α (0,05) dan nilai F hitung =
0,923( Lampiran 8 ) > F tabel = 3,49 dengan demikian maka H0
diterima dan H1
ditolak. Hal ini berarti Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong keseluruhan . Tanaman kacang
tanah varietas Bison .
4.4.3 Berat
Polong Keseluruhan
Hasil pengamatan diperoleh berat polong
pertanaman yang dihasilkan tanaman pada setiap perlakuan (lampiran 12). Data
yang disajikan merupakan rata-rata berat polong pertanaman keseluruhan setiap
ulangan dalam masing-masing perlakuan. Adapun data hasil pengamatan disajikan
pada Gambar 7.
|
Gambar 7. Rata – rata berat polong keseluruhan kacang tanah
varietas Bison diberi mikoriza arbuscular.
Keterangan :
A = Sedimen 3 kg (kontrol)
K= Sedimen 3 kg + 3,75 g mikoriza arbuscular
L = Sedimen 3 kg + 7,5 g mikoriza
arbuscular
M = Sedimen 3 kg + 11, 25 g mikoriza arbuscular
Dari gambar 7 dapat dijelaskan
bahwa Berat
polong petanaman kacang tanah
mengalami peningkatan untuk semua konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular
dan yang tidak diberi mikoriza arbuscular pada
pengamatan 100 HST.
Berdasrkan hasil analisis
stastistik dengan menggunakan uji F ANAVA rata-rata pertambahan berat polong
keseluruhan tanaman kacang tanah Varietas Bison
selama pengamatan diperoleh nilai sig (0,370) < α (0,05) dan nilai F hitung
= 1,147 ( Lampiran 7 ) > F tabel = 3,49 ( Lampiran 13) dengan demikian maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
Mikoriza arbuscular tidak berpengaruh nyata terhadap berat polong pertanaman. Tanaman kacang tanah
varietas Bison
4.5.
Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Uji F ANAVA
Rekapitulasi hasil perhitungan statistik berdasarkan Uji ANAVA pada
setiap parameter penelitian yang dipengaruhi mikoriza arbuscular
terhadap pertumbuhan kacang tanah pada media tumbuh sedimen danau Limboto dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Parameter yang
diamati
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Berat Kering Tanaman
|
Jumlah Polong Perbiji
|
Jumlah Polong Keseluruhan
|
Berat Polong Keseluruhan
|
Pengamatan
I (14 HST)
|
tn
|
*
|
tn
|
-
|
-
|
-
|
Pengamatan
II(28 HST)
|
tn
|
*
|
tn
|
-
|
-
|
-
|
Pengamatan
III(42 HST)
|
tn
|
*
|
*
|
-
|
-
|
-
|
Pengamatan
IV(75 HST)
|
tn
|
tn
|
tn
|
-
|
-
|
-
|
Pengamatan
V(100 HST)
|
tn
|
tn
|
tn
|
tn
|
tn
|
tn
|
Tabel 5. Rekapitulasi hasil perhitungan statistik uji F
Keterangan: * = berpengaruh nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
4.6.
Pembahasan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif
selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikan (irreversible). Peningkatan
ukuran tersebut sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan
tanaman dibagi manjadi 2 fase yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase
pertumbuhan generatif.
Pertumbuhan vegetatif tanaman
kacang tanah mengalami peningkatan, berdasarkan penelitian yang dilaksanakan
bahwa pemberian konsentrasi yang diberi mikoriza arbuscular dan yang tidak
diberi mikoriza arbuscular pada media tumbuh sedimen danau Limboto. Dimana
pembungaan yang seharusnya mulai berbunga pada 25 – 32 HST, namun pada hasil
penelitian munculnya pembungaan pada 62 HST. Hal ini disebabkan pertumbuhan
vegetatatif masih dalam stadia (V1) buku kesatu, dimana penandaan fase tumbuh
kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku utama dan perkembanganya
bungga hingga menjadi polong masak serta buku – buku pada batang utama
mempunyai daun yang telah berkembang penuh (Turstinah, 1986 dalam Sya’bani,
2011). Sehingga, dapat diartikan ternyata tanaman kacang tanah varietas Bison
ini mempunyai pertumbuhan yang tidak
sesuai dengan stadia pertumbuhan kacang tanah
(abnormal). Terhambatnya pertumbuhan, besar kemungkinan karena pengaruh
faktor lingkungan, misalnya cahaya
matahari yang masuk di Green Hause cukup rendah sehingga dapat menganggu
aktivitas auksin pada meristem apikal. Menurut Widiastuti dkk: 2004) bahwa
intensitas cahaya rendah tidak dapat
meningkatkan aktivitas auksin pada meristem sehingga pertumbuhan tinggi tanaman
tidak akan nampak (tanpa naungan). Selain faktor lingkungan, pertumbuhan kacang
tanah dipengaruhi juga oleh adanya interaksi antara sistem perakaran dengan
mikroorganisme, dan salah satu mikroorganisme yaitu mikoriza arbuscular.
Mikoriza arbuscular merupakan
suatu bentuk hubungan simbiosis
mikrorgasnisme antara cendawan dan perakaran. Mikoriza arbuscular memiliki
fungsi untuk membantu proses penyerapan unsur hara tanah khususnya nitrogen,
fosfor dan kalium oleh tanaman. Pemberian mikoriza arbuscular pada prinsipnya
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dikarenakan kemampuan Mikoriza
arbuscular dalam memperluas sitem perakaran melalui pembentukan hifa-hifa
lateral. Disamping itu, mikoriza arbuscular terbukti mampu meningkatkan serapan
P dan pertumbuhan tanaman (Setiadi, 1992). Pemberian mikoriza arbuscular pada
tanaman kacang tanah yang ditumbuhkan pada media tumbuh sedimen danau Limboto
pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan analisis varians
ANAVA uji F menunjukan bahwa mikoriza
arbuscular berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah
varietas Bison pada media tumbuh sedimen danau Limboto. Hal tersebut
kemungkinan terdapat faktor yang mempengaruhi asosiasi akar. Mikoriza
arbuscular yang menyebabkan asosiasi tidak optimal. Karena faktor utama diantaranya adalah kondisi
fisikokimia sedimen yang dalam hubungannya dengan kandungan logam berat. Hasil
analisis terhadap sedimen diketahui bahwa sedimen mengandung P dan Cu yang
cukup tinggi. Peningkatan presentase P berkaitan dengan kemampuan mikoriza
arbuscular menjangkau tempat – tempat di
dalam sedimen dimana P sulit tersedia dengan semakin luasnya permukaan serapan.
Tingginya kadar Cu yang terdapat dalam sedimen bisa mengakibatkan terhambatnya
atau tidak berkembang mikoriza arbuscular. Mikoriza arbuscular yang seharusnya
bisa menginfeksi akar, menjadi terhambat sehingga tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Faktor lain yang menyebabkan
lemahnya infeksi mikoriza arbuscular ke
hifa perakaran yaitu intensitas cahaya, dimana mikoriza arbuscular membutuhkan intensitas cahaya yang cukup.
Adanya cahaya matahari yang terhalang oleh naungan yang menyebakan tidak adanya
cahaya matahari langsung menembus tanaman, dapat mengurangi infeksi akar dan produksi
spora. Selain itu respon tanaman
terhadap mikoriza arbuscular akan berkurang. Hal ini disebabkan adanya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan internal hifa dalam akar yang berakibat
terbatasnya perkembangan eksternal hifa pada rizosfer (Juliawan, 2011).
Menurun dan meningkatnya intensitas cahaya matahari sehingga dapat
mempengaruhi bobot kering tanaman. Sebagaimana di ungkapkan (Harjadi, 1991: dalam
Widiastuti, 2004) besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis
menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman
mencerminkan bobot kering. Disisi lain peningkatan intensitas cahaya juga
berpengaruh negatif terhadap asosiasi antara mikoriza arbuscular pada sistem perakaran. Hal tersebut
disebabkan karena peningkatan intensitas cahaya akan meningkatkan suhu tanah
sehingga akan mempengaruhi kapasitas derajat infeksi mikoriza arbuscular pada
akar tanaman (Brundrett, 1991: dalam Rahmadani, 2007). Jika intensitas cahaya
rendah tidak dapat meningkatkan aktivitas hormone auksin pada meristem sehingga
pertumbuhan tinggi tanaman tidak Nampak, diketahui sifat tanaman kacang tanah
itu selalu tumbuh tinggi dengan intensitas cahaya yang banyak atau tanpa
naungan (Widiastuti, 2004).
Faktor lain juga disebabkan karena
kekurangan unsur N, dari hasil analisis kimia unsur N yang terdapat pada
sedimen bagian pinggir lebih kecil dibandingkan unsur N yang terdapat pada
sedimen bagian tengah dimana unsur N berfungsi sebagai meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun (Sutedjo dkk,
1987).
Hasil akhir pertumbuhan generatif
pada tanaman kacang tanah varietas Bison, Pada proses pertumbuhan dan
fotosintesis akan diakumulasikan pada organ penyimpan asimilat dan besar kecil
hasil akhir ini tercermin melalui peningkatan atau penurunan komponen unsur
hara yang dibutuhkan tidak mencapai pada saat pertumbuhan generative, dimana
pada pertumbuhan generatif dalam stadia (R3) pembentukan polong.
Pertumbuhan generatif juga dapat dipengaruhi oleh faktor - faktor antara lain
faktor internal. Dimana faktor internal itu meliputi komponen unsur hara yang
berperan dalam pembentukan biji atau polong yaitu unsur P dan K, pada saat fase
pertumbuhan generatif unsur P dan K, tidak mencukupi kebutuhan untuk
pembentukan polong. Dilihat pada saat pembentukan
biji kacang tanah terutama diperlukan komponen unsur P dan K. P berfungsi
mempercepat pemasakan biji, sedangkan K berperan dalam pengisian biji kacang
tanah (Ispandi dan Munip, 2004).
Kemudian P organik dihidrolisis oleh mikroba secara enzimatik menggunakan enzim
fosfatase atau hidrolase menjadi bentuk P anorganik. Sebagai hasil sekunder
dari aktivitasnya, mikroba tersebut merubah P organik menjadi bentuk P
anorganik karena adanya pelepasan asam organik yang mendorong pelepasan P
anorganik yang terserap.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut.
5.1.1
Pemberian mikoriza
arbuscular tidak berpengaruh terhadap fase pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman kacang tanah karena pertumbuhan vegetatif kacang tanah masih dalam
stadia (V1) Buku kesatu dan generatif masih dalam stadia (R1) mulai berbunga.
5.2.
Saran
Adapun
saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap pemberian mikoriza arbuscular pada pertumbuhan tanaman kacang tanah( Arachis hypogaea L.)varietas Bison.
|
DAFTAR PUSTAKA
Asdak,
Chay. 2010. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Atmaja,
Wayan Dana. 2001. Bioteknologi Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Udayana. Denpasar.
Brundrett,
M. 2004. Diversity and Classification of Mycorrhizal
Associations. Botanical Review. Faculty of Natural
and Agricultural Sciences. Plant
Soil (2009) 320:37–77.
( Diakses 4 februari 2012).
Fujiawati. 2012.
Pengaruh Mikoriza Arbuskula Terhadap
Laju Tumbuh Tanaman Jagung (Zea Mays L) Yang
Di Tumbuhkan Pada Media Sedimen Danau Limboto. Skripsi. Biologi FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Gardner,
F. P. R. B. Pearce, R. L. Mitchell, 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya.Universitas Indonesia. Jakarta. .
Handayanto,
E., dan K. Hairiah, 2009, Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat,
Pustaka Adipura, Yogyakarta.
Ispandi,
A., dan A. Munip, 2004, Efektivitas Pupuk
PK dan Frekuensi Pemberian Pupuk K dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi
Kacang Tanah di Lahan Kering Alfisol, Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 (2) : 11-26
Jr.
Jones, BentonJ,Wolf Benjamin, Mills A. Harri .1991.Plant Analisys .United states Of America .
Juliawan, N., Widhiyatra, D dan Junizar. 2011. Pendataan Penyebaran Unsur Merkuri Pada
Wilayah Pertambangan Cibaliung. Pandeglang. Banten
Lakitan,
Benyamin. 2004. Dasar- Dasar Fisiologi
Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mubarokah,
K. 2005 . Pengaruh Lama Penyimpanan Biji
Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan
Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).Skripsi jurusan biologi Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang.
Musfal.2010.
Potensi Cendawan Mikoriza Asbucular untuk
meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian. Sumatera Utara.
Madjiid, 1981. Pengaruh Naungan pada Berbagai Fase
Perkembangan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil kacang Tanah ( Arachis hypogaea L.). BPTP. Malang.
Nurman. 2005. Pertumbuhan
dan Produksi Tiga Varietas Kacang Tanah pada Berbagai Jarak Tanam.
Jurnal Agrivigor Vol (3) :164 – 172. Mahasiswa
Jurusan Budidaya Pertanian, Fapertahut
Unhas.
Pujiyanto. 2001.
Pemanfatan Jasad Mikro, Jamur
Mikoriza dan Bakteri Daslam Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah
Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Polii,G,M.
2009. Respon produksi tanaman kangkung darat
(Ipomea reptans poir). Unsrat Manado.Manado. Jurnal. Soil Environment
Vol.7(1) : 18-20. April 2009: Tersedia
di: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71091822.pdf. di akses: 9 juni 2012.
Rahmadhani, Fadhilah. 2007. Pengaruh
Pemberian Pupuk Rock Fosfat Dan Berbagai Jenis Isolat Mikoriza Vesikular
Arbuskukula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max.L.Meril) Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu.
Departemen Ilmu Tanah. Medan.
Suryono. D. A , Mariam
.S , Damayani . M. , Syammusa . T. , Yuniarti . A., Trinurani . E. , Machfud .
Y. 2008. Pupuk dan pemupukan . hal. 60. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Sya’bani, Najmi.
2011. Pengaruh paclobuttrazol terhadap
Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang tanah ( Arachis hypogaea L.) varietas
siam dan kelinci . Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sofyan, Abdulah. 2005. Perbanyakan Cendawan
Mikoriza Arbuskular (CMA) Pada berbagai varietas jagung (Zea mays L.) dan Pemanfaatannya pada dua varietas Tebu
(Saccharum officinarum L.). Jurnal
Sains & Teknologi, Vol(5) : 12 – 20. Fakultas
Pertanian. Universitas Hassanudin Makasar.
Syafruddin,
Faesal., dan Akil, M. 2006. Pengelolaan
Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Serealia. Maros. Diakses tanggal 27 januari 2012.
Setiadi,Y. 1992. Mengenal
Mikoriza, Rhizobium dan Actinorizas Untuk Tanaman Kehutanan. Laboratorium
Silvikultur. IPB. Bogor.
Setiawan, Arif., Setiadi, Y.,2011. Studi Status Fungi
Mikoriza Arbuskula di Areal Rehabilitasi Pasca Penambangan Nikel. Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 03 No.
01 Agustus 2011, Hal. 88 – 95.
Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra. 1987. Pengantar ilmu tanah. Rineka cipta.
Jakarta.
Sitompul,S.M.
Guritno,B.1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman.Yogyakarta: Gajah Mada University.
Sudjana.
2004. Desain dan Analisis Eksperimen.
Bandung: Tarsito
Salisbury, F.B, dan C. W. Ross. 1995. Plant physiology. 4 th ed. Terjemahaan Dish R. Lukman dan Sumaryono. Bandung. ITB.
Suprapto, 2002. Pengaruh Naungan Jagung Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang
Tanah Varietas Kelinci dan Kidang dilahan Marginal. Gerokgak Buleleng.
BPTP. Bali.
Smith, S.E. and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal
Symbiosis. 2nd Edition. Academic
Press
Harcourt Brace and Company
Publishers, San Diego London New York Boston
Sydney Tokyo Toronto.
Turjaman,
M. 2004. Mikoriza: Inovasi Teknologi Akar
Sehat, Kunci Sukses Rehabilitasi Hutan
dan Lahan. Jakarta. ( Diakses 4
februari 2012 ).
Tinker, P.B.H. 1975. Effects of Vesicular – Arbuscular mycorrizas on Higner Plant. Symp.
Soc. Expt. Boil/29:325.345
Uyun
saepul. Yuyun. 2006.Penggunaan Cendawan
Mikoriza Asbukular (CMA) untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectonia grandis Linn.F). Institut
Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectonia grandis Linn.F). Institut
Pertanian Bogor.(diakses 20 Maret
2012).
Widiastuti, L., Tohari., Sulistyaningsih. E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kadar
Daminosida Terhadap Iklim Mikro Dan Pertumbuha Tanaman Krisan Dalam Pot.
Dalam: jurnal Vol.11. No. 2. Ilmu Pertanian. UGM. Hal 35 - 42.
Wachjar,
Ade. 2002. Pengaruh
Inokulasi Dua Species Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Pemupukan Fosfor terhadap
Pertumbuhan dan Serapan Fosfor Tajuk Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dalam Jurnal Bul. Agron. (30) (3) 1 – 6. Fakultas Pertanian
IPB. Bogor