BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentasi pada Danau Limboto terus berlangsung secara
intensif dan selalu meningkat dari tahun ketahun, menyebabkan pendangkalan (sedimen)
dan menciutnya perairan (Asdak, 2010). Proses erosi dan masuknya sedimen ke dalam
danau menyebabkan pengendapan dan pendangkalan sehingga mempengaruhi kapasitas
tampung danau. Cepatnya proses sedimentasi di Danau Limboto mengakibatkan
fungsi utama dari danau berkurang, seperti sebagai peredam banjir pada musim
hujan dan penyedia air pada musim kemarau, serta sebagai habitat jenis ikan. Sedimen
Danau Limboto mengandung beberapa unsur hara yang berasal dari berbagai
sampah-sampah organik dan non-organik yang dibuang disekitaran danau.
Berdasarkan
hasil analisis sedimen Danau Limboto, sedimen yang berada di pinggiran
danau mengandung unsur hara , Fe , Mn, Cu, Zn , Pb, Cd, Co, C/N, C-Organik, N-Total,
K, P - Olsen , P – total, adanya
unsur hara yang terdapat dalam sedimen dapat dimanfaatkan sebagai media tanam
budidaya salah satunya tanaman kacang tanah.
Kacang tanah mempunyai sistem perakaran yang
berfungsi untuk menyerap hara dari dalam tanah. Jika unsur hara tidak mencukupi
maka akan mempengaruhi pertumbuhan kacang tanah.Oleh karena itu tanaman kacang tanah membutuhkan minimal 13 unsur
hara yang diserap melalui tanah (Syafrudin et.al, 2006). Unsur yang di alam
biasanya dalam bentuk tersedia ataupun tidak tersedia untuk pertumbuhan
tanaman. Untuk menjadikan unsur tersebut menjadi tersedia biasanya memerlukan
bantuan dari organisme lain, salah satunya adalah mikoriza arbuscular.
Pemanfaatan
mikoriza arbuscular bertujuan untuk memperbaiki tingkat serapan hara dan air
terutama unsur fosfat dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
patogen tanah melalui simbiosis antara
mikoriza arbuscular dengan akar tanaman (Sofyan, 2005). Secara tidak
langsung mikoriza
arbuscular dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman melalui
hifa eksternal yang mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara lain oleh
tanaman. Ukuran hifa yang sangat
halus pada bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat menyusup ke pori - pori tanah
yang paling halus sehingga hifa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang
sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga akan
membawa unsur hara seperti N, P, dan K
sehingga serapan hara pada tanaman
meningkat.
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Mikoriza Arbuscular terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai
berikut : Apakah terdapat
pengaruh pemberian mikoriza
arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman
kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada media tumbuh sedimen Danau Limboto?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui pengaruh
pemberian mikoriza arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada media tumbuh sedimen Danau Limboto.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun yang menjadi manfaat
dalam penelitian ini :
1. Sebagai
sumbangsih pada almamater dan
referensi bagi peneliti lain yang berminat dan tambahan ilmu di mata kuliah
fisiologi tumbuhan.
2. Penelitian
ini dapat memberikan informasi
kepada masyarakat dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah.
3. Dapat
dijadikan sebagai acuan dasar dalam penggunaan dosis inokulan Mikoriza arbuscular
.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Pertumbuhan
Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari
metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah
atau bobot kering, isi, panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat
dibedakan dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam
tanah, sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk
maupun system perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian
atas yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya
kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem
perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang
lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran.
Pertumbuhan
kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Penandaan fase
tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama
dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang
utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Karakter dan sifat
itulah yang digunakan untuk menghitung
fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman
berbunga, untuk tanaman vegetatif pada umur tanaman 27 sampai 37 hari setelah
tanam, melakukan pengamatan, adapun parameter yang akan diamati jumlah
helaian daun, jumlah anakan dan berat segar tanaman.
Fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan stadia, yaitu
mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (Hst), pembentukan ginofor
(R2) pada 32-36 Hst, pembentukan polong (R3) pada 40- 45 Hst, polong penuh atau
maksimum (R4) pada 44-52 Hst, pembentukan biji (R5) pada 52-57 Hst, biji penuh
(R6) pada 60-68 Hst, biji mulai masak (R7) pada 68- 75 Hst, dan masak panen
(R8) pada 95-100 Hst (Sya’bani, 2011). Untuk fase generatif parameter yang akan diamati pada hasil
tanaman kacang tanah, setelah tanaman berumur 95 sampai 100 hari setelah tanam,
adapun parameter yang akan diamati jumlah polong perbiji, jumlah polong
keseluruhan dan berat polong keseluruhan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yakni:
1. Air dan Mineral, berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar.
Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban
3. Suhu, di antaranya
mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya , mempengaruhi
fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
Didalam pertumbuhan membutuhkan unsur – unsur hara untuk
tanaman salah satunya unsure hara p. Fungsi
fosfor adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan
energi Adenosin Tri Phosphate (ATP)
dan Adenosin Di Phosphate (ADP)
merangsang pembelahan sel, dan membantu proses Asimilasi serta respirasi .
Fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi didalam sel baik sel tanaman
maupun hewan. Fosfor merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu
mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan
fosfor sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dingin, tanaman
dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh
bagiannya dipanen. Jika terjadi
kekurangan fosfor, tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut :
a) Lambat
dan kerdil
b) Perkembangan akar terhambat
c) Gejala
pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua
mengkilap yang tidak normal.
d) Pematangan
buah terhambat
e) Perkembangan bentuk dan warna buah buruk
f) Biji
berkembang secara tidak normal .
2.2 Mikoriza
Arbuscular
Mikoriza arbuscular adalah kelompok jamur tanah yang
hidupnya memilih untuk bekerjasama dengan akar tanaman, agar jamur ini mendapat
pasokan gula cair dari tanaman, dan sebaliknya jamur ini menukarkannya dalam
bentuk air dan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Turjaman,
2004). Adanya berbagai macam mikoriza pada tanaman memiliki banyak manfaat yang
sangat besar bagi tanaman tersebut, seperti dalam membantu meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara dan nutrisi yang penting bagi tanaman.
Asosiasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA), yang
juga disebut dengan mikoriza arbuskular (MA), merupakan asosiasi akar dengan
cendawan yang paling umum dijumpai dan penyebarannya paling luas. Asosiasi
ektomikoriza (EKM) juga tidak kalah pentingnya sekalipun hanya dijumpai pada
beberapa famili tanaman tertentu (Brundrett, 2004).
Adapun faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza arbuscular yaitu:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk
daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan
MA melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke
dalam sel akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk
perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya infeksi
oleh mikoriza arbuscular meningkat
dengan naiknya suhu, menemukan bahwa infeksi maksimum oleh spesies Gigaspora
yang diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi
pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis
mikoriza arbuscular peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu
bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas mikoriza arbuscular. Suhu
yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang. Mikoriza
arbuscular mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah
bertekstur berat dari pada di tanah berpasir (Atmaja, 2001).
2. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya mikoriza arbuscular
menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan
bertahan pada kondisi yang kurang air,
adanya mikoriza arbuscular dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas
serapan air tanaman inang. Ada beberapa alasan mengapa tanaman bermikoriza
lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
a. Adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer
air ke akar meningkat.
b. Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MA menyebabkan status P tanaman meningkat
sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
c. Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber- MA lebih mampu
mendapatkan air daripada yang tidak ber- MA tetapi jika mekanisme ini yang
terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir
ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas
mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi
1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak
bermikoriza.
d. Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air
yang lebih ekonomis.
e. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan MA efektif didalam mengagregasi
butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat (Atmaja,
2001).
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun
demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan MA terhadap pH tanah
berbeda-beda (Atmaja, 2001).
4. Bahan organic
Bahan organik merupakan salah satu
komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora tampaknya
berhubungan erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah maksimum
spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen
sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen kandungan
spora sangat rendah (Pujiyanto, 2001).
5. Cahaya dan ketersediaan hara
Bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau
fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat
tanaman lebih peka terhadap infeksi cendawan mikoriza arbuscular. (Derajat
infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah.
Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh mikoriza
arbuscular. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MA meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan
keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim
sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi mikoriza
arbuscular yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam
jaringan inang (Atmaja, 2001).
6. Logam berat dan unsur lain
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim
sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya mikoriza
arbuscular menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui
menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah
Ca didalam larutan tanah rupa - rupanya mempengaruhi perkembangan MA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang
memiliki derajat infeksi mikoriza arbuscular yang rendah. Hal ini mungkin
karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel
(Pujiyanto, 2001).
Beberapa spesies mikoriza arbuscular diketahui mampu beradaptasi
dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies mikoriza
arbuscular peka terhadap kandungan Zn
yang tinggi.
7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan
penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab
penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida
ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam
menyerap P (Pujiyanto, 2001).
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman
tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan
lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.
2.2.1
Klasifikasi Mikoriza
Pada dasarnya cendawan mikoriza dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur morfologi dan anatomi struktur spesifiknya (Brundrett,
2004). Berdasarkan hal tersebut cendawan mikoriza dapat dibagi menjadi 2 yaitu
cendawan mikoriza arbuskular (CMA), ektomikoriza (EKM). Dari kedua jenis tersebut CMA merupakan kelompok cendawan
mikoriza yang paling sering diteliti dan dimanfaatkan untuk kepentingan
peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan ciri morfologi dan
histologis, akhirnya berhasil diklasifikasikan tujuh jenis yang berbeda satu
dengan lainnya. Jenis endomikoriza, khususnya cendawan mikoriza arbuskula
(CMA), dan ektomikoriza merupakan jenis yang paling banyak dijumpai sedangkan
jenis-jenis mikoriza arbutoid, monotropoid, ektendo, erikoid, dan orkhid
dijumpai hanya pada beberapa jenis tanaman saja.
2.2.2 Manfaat
Mikoriza arbuscular
Manfaat
CMA dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu untuk tanaman, ekosistem, dan bagi
manusia. Bagi tanaman, CMA sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara,
khususnya unsur fosfat (P), bahwa kecepatan masuknya hara P ke dalam hifa CMA
dapat mencapai enam kali lebih cepat pada akar tanaman yang terinfeksi CMA
dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi CMA. Manfaat CMA bagi ekosistem. CMA
menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur
Al dan Fe pada lahan masam dan Ca pada lahan berkapur sehingga P akan tersedia
bagi tanaman. CMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu
membuat tanah menjadi gembur. CMA melalui akar eksternalnya menghasilkan
senyawa glikoprotein glomalin dan asamasam organik yang akan mengikat butir - butir
tanah menjadi agregat mikro. Mikoriza
juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan, terutama jenis
ektomikoriza, seperti jamur kuping dan jamur merang. Jenis ini mudah
dikenali dan dapat dikonsumsi karena mempunyai batang buah dan mengandung
protein yang tinggi, vitamin, fosfat, dan kalsium (Musfal, 2010).
Menurut Puryono (1997) secara umum manfaat mikoriza
terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
a.
Adanya mikoriza sangat penting bagi persediaan unsur hara dan pertumbuhan
tanaman.
b.
Adanya simbiose mikoriza pada akar tanaman akan dapat membantu dalam mengatasi
kekurangan unsur hara terutama fospor
(P) yang tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan mikoriza mampu melepaskan
ikatan Aluminiumfospat (AlPO4) dan Besifospat (FePO4) pada tanah-tanah yang
asam.
c. Mikoriza dapat
meningkatkan unsur hara dengan jalan memperkecil jarak
antara
akar dengan unsur hara tersebut. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada
pemukaan akar yang befungsi sebagai perpanjangan akar.
d.
Dengan perluasan hypanya, mikoriza akan meningkatkan daya serap dari
elemen-elemen yang imobil dalam tanah, misalnya : P, Cu, Zn.
e.
Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat struktur
agregat tanah.
f.
Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
terutama di daerah yang kondisinya sangat miskin hara, pH rendah, dan kurang
air.
g.
Simbiosis antar jamur dan akar tanaman dapat melindungi tanaman inangnya
terhadap serangan jamur patogen dengan cara mengeluarkan zat antibiotik.
h.
M A juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auxin, cytokinin, giberelin, yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang.
2.3 Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)
Kacang
tanah bagi kehidupan manusia sudah dikenal oleh masyarakat hampir seluruh
dunia. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup
penting dalam menu makanan. Sebagai bahan konsumsi kacang tanah diolah dalam
berbagai bentuk makanan seperti kue-kue, cemilan, atau hasil olahan lain.
2.3.1
Morfologi kacang Tanah
1. Akar
Kacang tanah berakar tunggung dengan
akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang
bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar ini
dapat mati dan dapat juga menjadi akar permanen. Jika tetap permanen, akar akan
berfungsi terus sebagai penyerap hara tanaman dari dalam tanah. Kacang tanah
juga memiliki akar serabut dan tumbuh ke bawah sedalam 20 cm. Selain itu juga
memiliki akar serabut juga mempunyai akar lateral sepanjang 5-25 cm, pada akar
serabut dan lateral terdapat bulu akar. Fungsi bulu akar untuk menghisap air
dan unsur hara.
2. Batang
Batang tanaman kacang tanah
berbentuk perdu yang tingginya 30-50 cm. Dilihat dari tipe pertumbuhan
batangnya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak
berumur lebih genjah (100-120 hari) dan kematangan polongnya seragam. Tipe menjalar
berumur panjang (150-180) dan kematangan polongnya tidak seragam.
3. Daun
Daun kacang tanah berdaun majemuk
bersirip genap terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang.
Helaian anak daun ini bertugas menerima cahaya matahari sebanyak banyaknya. Daun
kacang tanah mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian
bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur daun kadang ada hubungannya dengan
faktor penyakit.
Percabangan kacang tanah tipe tegak
umunya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak
sebab umur panennya pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya beruas –
ruas pada pangkal utama dan cabangnya, tiap polong berrbiji antara 2- 4 butir
sehingga masaknya biasa bersamaan.
4. Bunga
Kacang
tanah mulai berbunga kira kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak
daun, Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris –
garis merah pada pangkalnya, umur bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari
dan layu pada sore har . Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri
dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar.
sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang sampai mencapai panjang
maksimum yakni 7 cm. Beberapa jam setelah penyebukan barulah terjadi pembuahan.
5. Buah
Kacang
tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah
tersebut tumbuh memanjang inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai
polong. Cara pembentukan polong adalah mula - mula ujung ginofora yang runcing
mengarah ke atas. Setelah tumbuh. Ginofora tersebut melengkung ke bawah dan
masuk ke dalam tanah. Setelah menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong.
2.3.2.
Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Kacang
tanah dapat tumbuh dan menghasilkan produktifitas dengan baik apa bila syarat
tumbuhnya baik seperti halnya dengan suhu. Suhu merupakan suatu syarat
tumbuh tanaman kacang tanah. Diperlukan iklim yang lembab, ditempat yang teduh
batang tumbuh memanjang, pucat dan tidak membentuk polong, jadi penyinaran
sinar matahari sangat membantu dalam pertumbuhan kacang tanah.
Kacang
tanah dapat tumbuh diberbagai macam tanah yang penting tanah itu dapat menyerap
air dengan baik dan mengalirkannya kembali dengan lancar. Kacang tanah masih
dapat tumbuh asalkan pengolahan tanah dilakukan dengan sempurna, tetapi waktu
panen harus berhati-hati, jangan sampai banyak polong yang
ketinggalan dalam tanah.
Kacang
tanah tumbuh dengan baik jika cukup
mengandung unsure hara ( Ca, N, P dan K ). Kacang tanah dapat tumbuh baik
asalkan struktur dan drainase tanahnya baik. Tanah yang airnya sukar meresap,
perlu dibuat saluran drainase untuk menuntaskan kondisi air yang menggenang
pada lapisan tanah atas.
2.3.3 Analisis
Status Hara pada Tanaman Kacang Tanah
Adapun analisis status hara tanaman kacang tanah dapat
dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Element
|
Rendah
|
Cukup
|
Tinggi
|
%
|
|||
N
P
K
Ca
Mg
S
|
<3.50
0.18 – 0.24
0.5 – 1.6
<1.25
<3.30
<0.20
|
3.50 -4.50
0.25 – 0.50
1.70 – 3.00
1.25 – 2.00
0.30 – 0.80
0.20 – 0.35
|
>4.50
>0.50
>3.00
>2.00
>0.80
>0.35
|
Tabel.1 Status hara
tanaman kacang tanah sebelum pembungaan
Sumber: (Plant Analisis Jr, Jones, Benton, 1991)
Element
|
Rendah
|
Cukup
|
Tinggi
|
%
|
|||
N
P
K
Ca
Mg
S
|
<3.50
<0.20
<1,70
<1.25
<0.30
<0.20
|
3.50 – 4.50
0.20 – 0.35
1.70 – 3.00
1.25 – 1,75
0.30 – 0.80
0.20 – 0.30
|
>4.50
>0.35
>3.00
>1.75
>0.80
>0.30
|
Tabel. 2 Status hara tanaman kacang tanah awal
pembungaan
Sumber: (Plant Analisis Jr, Jones, Benton, 1991)
2.3.4 Fase
Pertumbuhan Kacang Tanah
Pertumbuhan
tanaman kacang tanah merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel yang hidup.
Pertumbuhan dapat dilihat dari arah letak pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah,
sedangkan pucuk tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Pertumbuhan bagian atas
yang semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya
kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem
perakaran. Sya’bani (2011) menyatakan bahwa penandaan fase tumbuh kacang
tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan
perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang
utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh.Pertumbuhan kacang tanah
terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.
2.3.4.1
Fase Vegetatif
Menurut Zahro (2007) menyatakan
bahwa fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga
awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan
selebihnya adalah fase reproduktif.
2.3.4.2
Fase Generatif
Menurut Zahro (2007) menyatakan
bahwa tanaman kacang tanah mulai berbunga pada umur ± 20 hari, dan berlanjut
hingga umur ± 75 hari. Bunga yang berhasil menjadi polong hanya bunga yang
terbentuk pada tanaman berumur sekitar 30 hari. Pembungaan dipengaruhi oleh
suhu udara. Bunga kacang tanah cepat
layu karena pada saat bunga sudah terjadi penyerbukan yang umumya terjadi
sebelum matahari terbit. Kurang lebih 10% bunga yamg berhasil menjadi polong,
polong muda menyerap unsur hara dari tanah terutama unsur Ca.
Kematangan biji dalam satu batang
tidak seragam tergantung waktu masuknya ginofor kedalam tanah. Tanaman
polongnya dianggap lebih tua bila 75% polong sudah memiliki biji yang matang
yang dicirikan dengan kulit polong yang berwarna coklat tua dan terdapat
bintik-bintik hitam pada bagian dalam kulit dan biji sudah mengisi penuh.
Sya’bani (2011) dalam Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan
stadia, yaitu mulai berbunga pada 27-37 hari setelah tanam (hst), pembentukan
ginofor pada 32-36 hst, pembentukan polong pada 40- 45 hst, polong
penuh/maksimum pada 44-52 hst, pembentukan biji pada 52-57 hst, biji penuh pada
60-68 hst, biji mulai masak pada 68- 75 hst, dan masak panen pada 80-100 hst.
2.4. Media Tumbuh Sedimen Danau Limboto
Sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi
parit, atau jenis erosi tanah lainnya (Asdak, 2010). Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah
bukit di daerah genangan banjir disaluran air, sungai dan waduk .
Endapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi ke dalam air dan
diangkat oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat, dimana air
tidak lagi sanggup membawa partikel tersuspensi .
Endapan danau yang dibagi menjadi dua lingkungan yakni
tepi danau dan dasar danau yang
dapat menghasilkan sedimen.
Sedimen ini sendiri
dapat membantu pertumbuhan tanaman yang hidup di dalam dan di sekitar Danau maupun tanaman yang sedang dibudidayakan .
Menurut
hasil analisis , bahwa sedimen yang terdapat di pinggiran danau, mengandung
debu yang paling tinggi di bandingkan liat dan pasir. Sedangkan untuk pH 7,10
dan kadar air 3,53 %. Untuk C – Organik sedimen pada pinggiran danau lebih
sedikit di bandingkan dengan C – Organik yang ada di tengah-tengah danau.
2.4.1 Unsur Hara Dalam Sedimen Danau Limboto
Unsur N, P, dan K yang terkandung dalam sedimen
diduga melalui kandungan N, P, dan K pada lapisan tanah atas (top soil) dengan total sedimen yang terbawa masuk dan terangkut
keluar. Cara ini dilakukan karena sedimen yang terkumpul dari contoh larutan
sedimen maupun dari air irigasi tidak mencukupi untuk keperluan analisis di
laboratorium. Menyatakan jumlah unsur
hara yang terangkut oleh erosi adalah hasil perkalian antara tanah yang hilang
dengan konsentrasi hara pada tanah tersebut, namun demikian dapat juga diduga
melalui tanah yang hilang dengan kandungan hara pada lapisan top soil.
2.5 Hasil – Hasil
Penelitian Pemanfaatan Mikoriza Arbuscular pada Tanaman
Pada tanaman kedelai terlihat pada perlakuan MA dan tanpa pemberian
herbisida memperlihatkan rata- rata tinggi tanaman kedelai tertinggi bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasrkan penelitian (Medayanti,1999) rata – rata tinggi tanaman kedelai yang
inokulasi MA lebih tinggi 58% bila dibandingkan dengan tanpa inokulasi MA yaitu
42,4%.
Hasil penelitian inokulasi CMA
pada bibit jati pada umur 3 bulan setelah inokulasi menghasilkan peningkatan
rata-rata parameter pertumbuhan sebagai berikut : pertambahan tinggi 1,7 cm
atau meningkat sebesar 26,56 % terhadap kontrol (tanpa inokulasi), diameter
sebesar 0,1 mm atau meningkat sebesar 33,33 % terhadap kontrol, berat kering
total 0,22 g ataumeningkat sebesar 48,49 % terhadap kontrol, dan nilai NPA
terbaik sebesar 0,05 g atau meningkat 20 % terhadap kontrol (Uyun, 2006)
Hasil penelitian
tentang pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman jagung yang ditumbuhkan pada
media sedimen Danau Limboto. Pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, khususnya pada penambahan mikoriza arbuscular sebanyak 7,5 gr di bandingkan konsentrasi
yang lain. Pertumbuhan tanaman jagung yang paling baik di capai sampai umur 30
– 40 hst. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampai umur 30 – 40 hst kemungkinan
terjadi asosiasi antara akar dan MA. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian (Fujiawati, 2012) sistem bahwa peningkatan laju tumbuh tanaman yang
lebih tinggi pada pemberian dosis 7,5 gr, hal tersebut terjadi karena
konsentrasi mikoriza arbuscular berpengaruh terhadap kemampuan asosiasi akar
dan mikoriza arbuscular.
2. 7 Hipotesis
Dalam
penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh pemberian mikoriza arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada media tumbuh sedimen Danau Limboto.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian di laksanakan
selama ± 3 bulan (Mei – Juli). Penelitian dilaksanakan di Green House Jurusan
Biologi Universitas Negeri Gorontalo.
3.2.
Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanaman kacang tanah yang menjadi
sampel penelitian.
3.3.
Variabel Yang Diamati
Variabel
yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel
bebas (X) : Mikoriza Arbuscular (G.manihotis )(Balit Biogen Bogor).
2. Variabel
terikat (Y) : Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
3.4.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Kelompok A :Tanpa
menggunakan inokulum mikoriza arbuscular
(sebagai
kontrol)
Kelompok K :
Inokulum mikoriza arbuscular sebanyak 3,75 gram/LT
Kelompok L :
Inokulum mikoriza arbuscular sebanyak 7,5 gram/LT
Kelompok M :
Inokulum mikoriza arbuscular sebanyak 11,25
gram/LT
3.5. Lay Out Penelitian
I
|
II
|
III
|
IV
|
A
|
B
|
C
|
D
|
B
|
A
|
D
|
C
|
C
|
B
|
C
|
D
|
D
|
C
|
B
|
A
|
Keterangan
I,II,III,IV
= Ulangan
Perlakuan
A : Tanpa
menggunakan inokulum mikoriza arbuscular (sebagai kontrol)
Perlakuan
B : Inokulum mikoriza arbuscular sebanyak 3,75
gram/LT
Perlakuan
C :
Inokulum mikoriza arbuscular sebanyak 7,5 gram/LT
Perlakuan
D : Inokulum
mikoriza arbuscular sebanyak 11,25
gram/LT
3.6 Teknik Penelitian
3.6.1. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data sehubungan dengan penelitian ini yaitu mengamati langsung
objek yang diteliti yaitu pertumbuhan pertumbuhan
tanaman kacang tanah .
3.7 Menyiapkan Alat Dan Bahan
3.7.1 Persiapan
Tahap awal yang dilakukakan
dalam penelitian ini adalah persiapan, meliputi penyediaan alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Timbangan, Polibag, Sekop, Kamera, Mistar, Alat tulis
menulis, Oven.
Bahan – bahan yang diperlukan
adalah Biji kacang tanah varietas binson, mikoriza
arbuscular, sedimen Danau Limboto, air.
3.7.2
Persiapan Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman,
terlebih dahulu menyiapkan sedimen yang akan digunakan sebagai media tanam.
Langkah awal adalah memilih tempat untuk pengambilan sedimen didanau sebelum
sedimen tersebut dimasukkan ke dalam polibag, setelah pengambilan sedimen
dibuka dari karung dan diangin – aginkan di udara. Sedimen ditimbang sebanyak 2
kg. Selanjutnya dimasukkan ke dalam polibag. Setelah itu menyiapkan benih yang
akan digunakan. Menimbang mikoriza
arbuscular masing – masing 3,75 gr, 7,5
gr, dan 11,25 gr, dimasukkan ke dalam plastik yang diberi label.
Setiap polibag diisi dengan 3
kg sedimen pada masing – masing polibag dibuat lubang sedalam 3 – 5 cm. Tiap
polibag ditanam 2 - 3 butir benih kacang tanah, sebelum kacang tanah ditanam yang terlebih dahulu diletakkan mikoriza
arbuscular.(Balit Biogen Bogor).
Pemeliharaan kacang tanah harus diawasi secara intensif, apabila ada kerusakan
dapat segera diatasi. Penyiraman dapat dilakukan setiap tiga hari sekali, dan melakukan pengamatan pada 14 hst, 28 hst, 42 hst, 75 hst. Dan
untuk pengamatan masa generatif pada
hst sampai hst .
3.8 Parameter Yang Diamati
Dalam penelitian ini
ada beberapa hal yang akan menjadi parameter yang akan diamati pada pertumbuhan tanaman kacang tanah yaitu;
a.
Fase Pertumbuhan Vegetatif
Parameter yang akan diamati pada fase
pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.
Tinggi tanaman kacang
tanah (cm)
2.
Jumlah helai daun (Helai)
3.
Berat kering akar dan
pupus (gr)
b.
Fase Pertumbuhan Generatif
Parameter yang akan diamati pada fase pertumbuhan vegetatif yaitu:
1.
Jumlah polong perbiji tanaman (buah).
2.
Jumlah polong keseluruhan tanaman
(buah).
3.
Berat keseluruhan polong tanaman (gr)
Tanpa menggunakan
inokulum mikoriza arbuscular (sebagai kontrol)
|
Inokulum
mikoriza arbuscular
Sebanyak
3,75 grm/LT
|
Pertumbuhan vegetatif
(jumlah helaian daun, Tinggi tanaman , berat kering tanaman) dan pertumbuhan generatif (jumlah
polong perbiji, jumlah polong keseluruhan, berat polong keseluruhan)
|
Sedimen
(Mengandung unsur hara)
|
Inokulum
mikoriza arbuscular 11,25 grm/L
T
|
Inokulum
mikoriza arbuscular 7,5 grm/LT
|
Tabel 3. Bagan konseptual
3.10 Analisis Data
Teknik
analisis data dilakukan dengan Uji F ANAVA untuk melihat pengaruh mikoriza
arbuscular terhadap pertumbuhan tanaman
kacang tanah dan apabila terdapat pengaruh
maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar