A.Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa
merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional
dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering
berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal
bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis
erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan
carauntukmengekspresikanmakna(Tarigan,1986:10).
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana
diketahui dilembaga pendidikan bahasa diberikan rangsangan yang terarah sesuai
dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan
memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,namun juga secara berencana
merekayasa perkembangansistembudaya,termasukdidalamyaperilakuberbahasa.
Pengaruh
pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehinggabahasa
anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang
didalamkelompoksebaya.Darikelompokituberkembangbahasasandi, bahasakelompoktertentuyangbentuknyaamatkhusus(bahasaprokem).
Perkembangan
bahasa anak dilengkapi dan piperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka
tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan
dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku
berbahasa. Bersamaandengankehidupannyadalammasyarakatluas,anak
(remaja)mengikutiprosesbelajardisekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapatberakibatpulapadaaspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilakudankepribadianlainnya.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapatberakibatpulapadaaspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilakudankepribadianlainnya.
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya
dengan orang lain. bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu
penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi
dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain,
sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan
sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban
(suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua
suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi
dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif
yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan
masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin
bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka
bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa
yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena
bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi)
belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil
yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara,
‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan
memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata
dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya)
disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya
baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai
bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan
penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan,
tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat
komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain.
B.CIRI
BAHASA REMAJA
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah
dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang
agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan
kata yang lebih pendek seperti ‘permainan diganti degan mainan, pekerjaan
diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur
kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan
kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang
tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna
menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli
bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar
bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
C.MAKNA
BAHASA REMAJA
a. Gaul, dong!
Dalam konteks sosial pergaulan remaja, gaul bukanlah
sekedar kata. Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang
lingkupnya menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya,
istilah atau.ungkapan itu cenderung bertentangan dengan nilai atau norma-norma
yang ada. Contohnya, berpacaran dengan ngeseks-nya, minum minuman keras
(ngedrink), menggunakan obat terlarang (ngedrugs), berjudi (ngegambling) atau
yang lainnya dianggap gaul. Begitu pula dengan kebiasaan nongkrong, ngeceng,
atau yang jainnya. Lebih tegasnya, makna gaul lebih berkonotasi negatif. Kata
gaul yang sudah menggejala bahkan membudaya itu, disadari atau tidaK memiliki
makna psikologis yang relatif cukup kuat pengaruhnya dalam komunitas pergaulan
remaja. Akibatnya karena ingin disebut gaul, tidak sedikit diantara remaja yang
ikut-ikutan untuk segera memiliki pacar, ngedrink; nyimenk, ngedrugs, atau yang
lainnya termasuk nongkrong atau ngecengnya. Entah di pinggiran jaian, di
mal-mal, di tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya. Istilah mereka : Gaul dooong
b. Pede aja, lagi!
Pede (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya
seseorang u.ntuk percaya diri. Namun ironisnya, himbauan, saran, atau perlunya
seorang untuk bersikap “percaya diri1 ini juga cenderung tidak dibatasi oleh
norma-norma tadi, Misalnya seorang gadis berok mini dan berbaju you can see
disarankan untuk pede (baca : percaya diri) dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa
jadi si gadis memang merasa lebih pede dengan model pakaian demikian. Pede aja
lagi ! Begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan
perlunya seseorang untuk bersikap pede namun tetap normlessness seperti tadi.
Sebab ukuran pede yang seharusnya berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral
dan agama, terkikis oleh hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Contoh
lainnya, seseorang merasa pede hanya lantaran kecantikan atau ketampanan
wajahnya semata, pede hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau
mobil, pede cuma karena mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak
kasus yang lain, Sedangkan merasa pede setelah memakal deodoran di ketiak, itu
sih, tidak menjadi masalah. Daripada bauket dan mengganggu orang lain ? Ukuran
pede seperti itu, jelas nggak bermutu, selain juga keliru. Pasalnya, pemahaman
pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai ahlak.
Bukan karena landasan fisik dan kebendaan semata.
c. Kasihan deh, Lo!
Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung
normless. Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat.
Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap
: Kasihan deh, Lo!. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku
lainnya yang sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai
dengan nilai atau norma-norma agama (Islam). Misalnya karena.tidak pernah turun
ke diskotek lengkap dengan ngedrink atau ngec/njgsnya, ataupun perilaku negatif
lain yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Bisa juga ungkapan
“Kasihan deh, Lu” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak mengetahui
berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk diketahui.
Seperti tidak mengetahui siapa sajakah personil bintang Meteor Garden
yang tergabung dalam f4"itu ? Siapa pula Delon itu? Atau yang lainnya
d. Nyantai aja, Coy!
Kekeliruan
lain yang juga menggejala dalam bahasa gaul remaja adalah ungkapan : Nyantai
aja, Coy ! Tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu kita nyantai, lebih
tepatnya adalah bersantai atau istirahat untuk menghilangkan kepenatan. Namun
yang menjadi masalah apabila Nyantai aja, Coy disini konteksnya mirip dengan
lagu iklan Silver Queen : mumpung kiitaa masih muda, santai saja Ingat kan ?
Nyantai aja, Coy ! yang dilontarkan sebagian remaja seringkali bermakna
ketidakpedulian terhadap kemajuan atau prestasi diri. Sebagai contoh, seorang
remaja mengatakan, Nyantai aja, Coy ! kepada temannya, karena temannya itu
terlihat gelisah lantaran belum belajar untuk persiapan ujian besok pagi,
Nyantai aja, Coy ! terkadang bisa pula menunjukkan ketidakpedulian terhadap
lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, seorang remaja putri sedang asyik
ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika
salah seorang yang antri menegurnya, ia malah menjawab Nyantai aja, Coy ! Jika
mau dicermati tentu masih banyak ungkapan : Nyantai aja, Coy ! yang sering
dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan konteksnya bahkan menafikan
keluhuran nilai-nilai akhlak, Repotnya, apabila mereka dinasihati untuk
men}auhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk dalam menggunakan ungkapan
yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan konteksnya), maka dengan mudahnya
mereka malah berbalik mengatakan, Nyantai aja, Coy !
D.PERAN BAHASA REMAJA
Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesame
sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan
bahasa “gaul”. Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan
istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau
mereka yang kerap menggunakannya.
Kita semua secara sadar maupun tidak sadar pernah mengamati
bagaimana kaum remaja menjawab pertanyaan yang diberikan oleh para orang lain
mengenai sebuah acara remaja. Kira-kira beginilah :
1) "Emm, pokoknya acara asyik
banget, band-band yang tampil keren banget, musiknya OK, ya pokoknya te-o-pe
deh!"
2) "Gila, acaranya keren banget
gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh... Pokoknya yang nggak dateng nyesel
aja!!"
3) "Wah, pokoknya gua salut lah
sama panitianya. Acaranya keren abis, booo!!"
Lalu
bagaimana kalau dimintai komentar, misalnya tentang seorang artis favoritnya,
katakanlah Jennifer Lopez?
1. "Wah Jennifer Lopez itu top
banget, gitu lho! Bodinya seksi, suaranya bagus, cantik banget, aduh pokoknya
keren deh!"
2. "Iya, gua demen banget sama
J-Lo. Dia tuh udah seksi, jago nyanyi, udah gitu jago nge-dance lagi! Wah, tipe
gua banget, tuh!
3.
"Gua suka J-Lo.... karena apa ya? Ya karena dia keren aja, gitu!!!"
Dengan kondisi seperti ini, wajarlah kiranya jika para siswa
sekolah jauh lebih memilih mengerjakan soal-soal pilihan ganda daripada esai.
Masalahnya jelas : mereka tidak mampu menyampaikan maksudnya dengan baik ;
dengan cukup jernih sehingga bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau cuma
sekedar bilang "si A keren", "acara ini bagus", "desainnya
ciamik" dan sebagainya, siapa pun bisa melakukannya. Tapi tidak ada yang
mengerti maksud pembicaraannya sebenarnya. Keren seperti apa? Mengapa ia
dibilang keren? Apa yang membuatnya merasa ia lebih keren daripada yang lain?
Tidak ada secuil pun informasi!
Selain itu ada beberapa contoh kalimat yang sering kita
dengar dalm kehidupan sehari-hari.
“Kamu
anak baru, ya?”
‘Iya.”
“Jurusan
apa?”
“Komunikasi.”
“Pantesan
cantik.”
“Makasih.”
“Eh,
mau ini?”
“Apa
tuh? Obat, ya?”
“Iya,
kalau mau ambil aja.”
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan bahan bacaannya. Kalau
yang dibaca remaja selalu masalah-masalah percintaan yang beraliran gombalisme,
maka tidak heran jika pikiran mereka pun tidak terbiasa dengan hal-hal lain
yang sebenarnya sangat penting. Jika pikirannya hanya disibukkan oleh hal-hal
semacam itu, maka jangan heran jika mereka cenderung menghindar dari
pembicaraan-pembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius).
Bahasa remaja yang digunakan oleh kalangan remaja saja.
Penggunaan bahasa remaja ini memiliki fungsi yang strategis bagi kehidupan
mereka. Dengan menggunakan bahasa remaja, mereka merasa sebagai orang yang bisa
dan masuk dalam komunitas mereka.
Dalam kesehariaanya, bahasa remaja dugunakan sebagai
penghubung antarmereka. Dengan bahasa remaja yang sifatnya dinamis, remaja
merasa memiliki kebebasan untuk mengepresikan kehidupan mereka.
Dilihat dari
perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan
berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam
tahap-tahapsebagaiberikut:
1.Tahapmeraban(pralinguistik)pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansilinguistic.
2.Tahapmeraban(pralinguistik)kedua
1.Tahapmeraban(pralinguistik)pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansilinguistic.
2.Tahapmeraban(pralinguistik)kedua
Tahap ini
disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban
kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.
Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka
berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal
hilang dari output para bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV
(konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu
waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan)
muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih
menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan
oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu.
Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns) mengatakan [X] dan menunjuk kepada
tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di
dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih
menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi
tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah
sebenarnya apa yang disebutujarandanbahasaitu.
3.Tahapholofrastik(tahaplinguisticpertama)
3.Tahapholofrastik(tahaplinguisticpertama)
Pada usia
sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh
anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual
maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap
sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya
mau ikut naik mobil bersamaayah”,atau“sayamaumintadiambilkanmobilmainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
4.Ucapan-ucapanduakata
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
4.Ucapan-ucapanduakata
Anak-anak
memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam
rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan
holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing
dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari
urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu telah mempergunakan dua buah
holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan
mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya
mandi’,dansebagainya.
Selama periode
dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka
pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka
tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat
berbeda-beda, namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan
preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya:
‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi), ‘nenek Bandung’(nenekkeBandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata”yangdirangkaisecaratepat.
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata”yangdirangkaisecaratepat.
5.Pengembangantatabahasa
Pada tahap ini
anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah,
ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata
jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur
meningkatsejalandengankemajuandalamkematanganperkembangananak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.
6.Tatabahasamenjelangdewas(tahappengembangantatabahaslengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalambahasaterkait.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.
6.Tatabahasamenjelangdewas(tahappengembangantatabahaslengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalambahasaterkait.
Liber (1973)
melaporkan perkembangan kalimat-kalimat kompleks pada tiga orang anak yang
berusia dua dan tiga tahun. Konstruksi-konstruksi komplek pertama yang
melibatkan komplemen-komplemen yang berfungsi sebagai NP obyek, seperti ‘saya
melihat kamu duduk’, tetapi tidak ada suatu contoh tunggal suatu komplemen yang
bertindak sebagai NP subyek sebelum usia tiga tahun. Kedua, tetapi tidak begitu
sering, Limber mengamati anak kalimat yang mengubah nomina-nomina obyek,
seperti ‘saya memperlihatkan (kepada) kamu bola yang saya peroleh’. Akan
tetapi, beliau tidak pernah mengamati suatu anak kalimat yag mengikuti NP
subyek. Maka adalah wajar untuk berspekulasi bahwa tiada komplementasi juga
tidak ada relativasi mengikuti NP subyek itu pada kalimat-kalimat kompleks
permulaan anak-anak sebab untuk menghasilkannya akan merombak kesinambungan
kalimat utama, meletakkan kalimat utama, meletakkan beban yang lebih berat pada
IJP (ingatan jangka pendek) serta membuat perencanaanucapanyanglebihlengkap.
7.Kompetensilengkap
Pada akhir masa
anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan
dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan
performansi tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi
berbahasa secara lengkapsebagaiperwujudandarikompetensikomunikasi.
Ini mengakhiri pembicaraan singkat kita mengenai tahap-tahap perkembangan yang dilalui. Dalam pembahasan tersebut disajikan hal-hal yang digunakan sebagai kerangka dasar yang harus diisi kalau sedang mendiskusikan perkembangan-perkembangan empiris dan teoritis dalam bidangpemerolehanbahasa.
Ini mengakhiri pembicaraan singkat kita mengenai tahap-tahap perkembangan yang dilalui. Dalam pembahasan tersebut disajikan hal-hal yang digunakan sebagai kerangka dasar yang harus diisi kalau sedang mendiskusikan perkembangan-perkembangan empiris dan teoritis dalam bidangpemerolehanbahasa.
E.Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah
banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk
dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola
bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau
bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat
luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui,
dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah
yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem
budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat
khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah
bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk
kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga
masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan
penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga
dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak
menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang
kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih
baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak
remajanya juga berbahasa lebih baik.
F.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Secara rinci dapat diidentifikasi
sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
§ Tinggi rendahnya kemampuan kognisi
individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembanganbahasaindividu.Inirelevandenganpembahasansebelumnyabahwaterdapat
korelasiyangsignifikanantarapikirandenganbahasaseseorang.
§ Polakomunikasidalamkeluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratisakanmempercepatperkembanganbahasakeluarganyadibandingyang menerapkankomunikasidaninteraksisebaliknya.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratisakanmempercepatperkembanganbahasakeluarganyadibandingyang menerapkankomunikasidaninteraksisebaliknya.
§ Jumlahanakataujumlahkeluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebihcepat,karenaterjadikomunikasiyangbervariasidibandingkandengan yanghanyamemilikianaktunggaldantidakadaanggolainselainkeluargainti.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebihcepat,karenaterjadikomunikasiyangbervariasidibandingkandengan yanghanyamemilikianaktunggaldantidakadaanggolainselainkeluargainti.
§ Posisiurutankelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbanganaksulung atauanakbungsu.Halinidisebabkananaktengahmemilikiarahkomunikasike bawahsajadananakbungsuhanyamemilikiarahkomunikasikeatassaja.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbanganaksulung atauanakbungsu.Halinidisebabkananaktengahmemilikiarahkomunikasike bawahsajadananakbungsuhanyamemilikiarahkomunikasikeatassaja.
§ Kedwibahasaan(Bilingualisme)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasasajakarenaanakterbiasamenggunakanbahasaSecarabervariasi.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasasajakarenaanakterbiasamenggunakanbahasaSecarabervariasi.
Misalnya, di dalam
rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakanbahasaIndonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosialekonomi,jeniskelamin,danhubungankeluarga.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosialekonomi,jeniskelamin,danhubungankeluarga.
Berbahasa
terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(+)
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan
fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang
akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor
fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ
bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa
remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai
tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual,
anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
(+)
Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil
untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan
akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di
daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada
dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain,
kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
(+)
Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal
tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang
diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap
maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau
kecerdasan seseorang anak.
(+)
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan
anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota
keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus
sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang
hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain
pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
(+)
Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat
yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli,
gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam
berbahasa.
G.FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BAHASA REMAJA
Menurut Piaaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap
perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan
bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada
tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya.
Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa
remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalami
perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik
yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka
dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan
metaphor, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat
mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak
baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa
gaul.
Disamping merupakan bagian dari proses perkembangan
kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan
psikososial remaja. Menurut Erikson (1968), remajamemasuki tahapan psikososial
yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominant terjadi
pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin
diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari
dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari
proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia
orang dewasa dan anak-anak.
Bahasa remaja atau yang dikenal bahasa gaul, berkembang
melalui tayangan berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Media-media
tersebut menyebarkan berbagai program remaja yang kecendrungannya menggunakan
bahasa remaja sebagai pengantarnya.
Di dalam tayangan televis, program yang ditayangkan, seperti
sinetron remaja menggunakan bahasa remaja. Melalui media ini, informasi
mengenai bhasa remaja yang ada di kota Jakarta, dapat menyebar sampai ke
pelosok-pelosok desa. Dengan perkembangan teknologi informasi yang luas, bahasa
remaja tidak hanya terbatas pada kalangan masyarakat khususnya remaja di daerah
perkotaan.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan
kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds,
2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan
di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan
teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan
diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok
teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan
dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;
Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan
Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan
sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya
mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang
bagus,
ja, gaul bukanlah sekedar kata. Melainkan sudah
menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya menyentuh berbagai
perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah atau.ungkapan itu cenderung
bertentangan dengan nilai atau norma-norma yang ada. Contohnya, berpdan
sebagainya (Conger, 1991).
H.Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain.
seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide
dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan
gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap
arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang
diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi
tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan
kekurangmampuan dalam bahasa.
I.Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke
dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang
lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol,
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata
dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam
hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang
berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak
dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ
menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan
mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka
berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena
kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang
berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula
kemampuan dan perkembangan bahasanya.
J.Upaya pengembangankemampuanbahasaremajadanimplikasinyadalam
penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang
bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama,
anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan
cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan
pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa
lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid
tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah
selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif
tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka
sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian
secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan
bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa
masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan
dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya
hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
Saran
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,
yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan berbahasa.
Oleh karena itu, kita harus menggunakan dan
mengembangkan bahasa dengan berkembangnya bahasa secara tidak sadar kita telah
melangkah kedewasaan yang sudah merupakan kodrat kita sebagai manusia.
Hanya saja, agar pertumbuhan itu mencapai hasil yang
maksimal harus mempertahankan faktor-faktor pendukungnya
Ø Kesimpulan
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah usia
anak, kondisi keluarga dan kondisi fisik anak terutama dari segi kesehatannya.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
berpengaruh satu sama lain. bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004
Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003
Davidof, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga, 1988
Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
Jauhari, Muhammad Idris, Generasi Robbi Rodliya (Keluarga Yang Mendapat Rohmah dan Barokah Allah swt), Surabaya; Pustaka Hikmah Perdana, 2005
Rita L. Akitson, DKK, Pengantar Psikologi, Batam; Interaksara, tanpa tahun
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004
Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003
Davidof, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga, 1988
Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
Jauhari, Muhammad Idris, Generasi Robbi Rodliya (Keluarga Yang Mendapat Rohmah dan Barokah Allah swt), Surabaya; Pustaka Hikmah Perdana, 2005
Rita L. Akitson, DKK, Pengantar Psikologi, Batam; Interaksara, tanpa tahun
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004
Posted by Dairabi Kamil at 9:38 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar