A.Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial Remaja
Hubungansosialdiartikansebagaicara-caraindividubereaksiterhadapdirinya
(Anna Alishahbana, dkk. :
1984)hubungansosialinimenyangkutjugapenyesuaiandiriterhadaplingkungansepertimakansendiri,berpakaiansend
i,patuhpadaperaturandll. Hubungan social
diawalidarirumahsendiri yang kemudianberkembangdalamlingkup
social yang
lebihluas, sepertisekolahdantemansebaya, kesulitananakberhubungan social
dengantemansebayainibiasanyadisebabkanolehpolaasuh yang penuhdenganunjukkuasaoleh
orang
tua.Situasikehidupandalamkeluargaberupapolaasuh orang tua yang salah,
padaumumnyamasih bias di
perbaikioleh orang tuaitusendiri,
tetapisituasipergaulandenganteman-temansebayacenderungsulit di perbaiki
(Sunarto :1998)
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada
dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses
integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan
penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan
anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Manusia
sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia.
Bersosisalisasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan
sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam
kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan
antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan sederhana. Semakin dewasa
dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan tingkat
hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Jadi, pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Belajarhidupbersosialisasimemerlukansekurangnyatiga
proses berikut;
§
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial.
Setiap kelompok sosial
mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima
dalam kelompok tersebut.
§
Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Agar dapat diterima dalam
kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku dengan standar kelompok, seseorang
juga dituntut untuk memainkan peran sosial dalam bentuk pola-pola
kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok.
§
Perkembangan sikap sosial.
Untuk dapat bergaul dalam
masyarakat, seseorang juga harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas
sosial tertentu. Jika anak dapat melakukannya dengan baik, maka ia dapat
melakukan penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok.
B.Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai
jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup
kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma
yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya.
Remaja menghadapi
berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan
demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan
sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit,
karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga
terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
C.Karakteristikperkembangansosialremajasebagaiberikut:
Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan
Pergaulan
Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha
mencari kompensasi dengan mencari hubungan denga orang lain atau berusaha
mencari pergaulan.
Langeveld (Simanjuntak
dan Pasaribu, 1984 : 152) berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau
perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang menimbulkan
dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk
sendiri.
a.
Adanya Upaya Memilih Nilai-nilai Sosial.
Terdapat dua kemungkinan
yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial
tertentu yaitu menyesuaika diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada
pendirian dengan segala akibatnya, namun ada kemungkinan seseorang tidak akan
menuntut norma-norma sosial yang demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak
seluruhnya.
b.
Meningkatkan Ketertarikan pada Lawan Jenis.
Dalam konteks ini masa
remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual (Sunarto: 1998)
mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis artinya keinginan
membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dipandang sebagai sudut
yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyia
c.
Mulai Cenderung Memilih Karier Tertentu.
Kuhlen mengatakan bahwa
ketika sudah memasuki masa remaja akhir, mulai tampak kecendurangan untuk
memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih
mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984)
D.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:
Ø
Keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Jadi, pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Ø
Kematangan
Bersosialisasi memerlukan
kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses
sosialisai, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional, juga kematangan berbahasa. Kematangan fisik
juga diperlukan sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya
dengan baik.
Ø
Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak
dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen,
namun akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia
anak siapa”. Dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Ø
Pendidikan
Pendidikan merupakan
proses sosialisasi yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Penanaman norma
perilaku yang benar secara sengaja diberikan peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan (sekolah). Etika pergaulan dan pendidikan moral
diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Ø
Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berrbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak
E.Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Hubungansosialindividudimulaisejakindividubrada
di lingkunganrumahbersamakeluarganya, segerasetelahlahirhubuganbayidengan orang
di sekitarnyaterutamaibupadasaatmenyusuimemilikiarti yang sangatpenting.
(Boweby : 1987)
Perkembangansosialanaksemakinberkembangketikaanakmulaimemasukimasaprasekolah,
kira- kirausia 18 bulan. Padausiainidimulaidengantumbuhnyakesadarandiriatau
yang dikenaldengankesadaranakandirinyadankepemilikannya.
Padamasainisampaiakhirmasasekolahanakmulaimendekatkandiripada orang-orang lain
di sekitarnya.Sehinggalingkunganterutamatemansebayamempunyaipengaruh yang
sangatbesar.
Dalamkonteksini,
Jean Piaget (Monks, dkk. : 1991)
mengatakanbahwapermulaankerjasamadankonfrontmismesosialsemakinbertambahpadasaatanakmencapaiusia
7-10 tahundanmencapaipuncakantarausia 9-15 tahun,
setelahitumengalamipenurunankembali yang di
sebabkanpadamasaremajasudahsemakinberkembangkeinginanmencaridanmenemukanjatidirinyasehinggakonfrontmismesemakinberbenturandenganupayamencapaikemandirianatauindividuasi.
Pada perkembangan sosial, para remaja dapat memikirkan
perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu akan terwujud dalam refleksi
diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik serta hasil
pergaulannya dengan orang lain yang sangat mungkin dapat merubah tingkah
lakunya.
Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari
teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,
termasuk orang tuanya. Misalnya, tata cara, adat istiadat, yang berlaku di
keluarga sering terasa terjadi pertentangan dengan sikap kritis yang tampak
pada perilakunya.
Selain itu, pengaruh egosentris masih sering terlibat
dalam pikiran remaja:
Cita-cita dan idealisme yang terlalu baik, terlalu
menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih lanjut dan tanpa
memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin tidak berhasil menyelesaikan
persoalan.
Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai
pendapat orang lain dalam penilaiannya. Pandangan dan penilaian diri dianggap
sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
F.Pengertian Interaksi
dan Jenis-Jenis Interaksi Sosial
Salah satu pakar teori interaksi Thibaut dan Kelley
(1976) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama
lain ketika dua orang atau lebih orang bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain. Chaplin (1979) juga mendefinisikan bahwa interaksi merupakan
hubungan sosial antara beberapa individu yang mana individuindividu itu saling
memengaruhi satu sama lain secara serempak.
Homas (Shaw, 1985:71) mendefinisikan interaksi sebagai
suatu kejadian ketika suatu aktivitas atau sentimen yang dilakukan seseorang
terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment)
dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang
menjadi pasangannya.
Sedangkan Shaw (1976:447) mendefinisikan bahwa
interaksi adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang
menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan
masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Jadi interaksi adalah
hubungan timbal-balik antara dua orang atau lebih dan masingmasing orang yang
terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Shaw
(1976 :10) membedakaninteraksimenjaditigajenis, yaitu:
§
Interaksi Verbal
Terjadi apabila dua orang
atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat
artikulasi. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling tukar percakapan satu sama
lain.
§
Interaksi Fisik
Terjadi ketika dua orang
atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh, seperti
ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh, dan kontak mata.
§
Interaksi Emosional
Terjadi ketika individu
melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya,
mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
Nichole(1984 : 27-28) membedakan jenis interaksi
berdasarkan banyaknya individu yang terlibat dalam proses tersebut serta pola
interaksi yang terjadi. Ada dua jenis interaksi yaitu:
§
Interaksi dyadic
Terjadi manakala hanya
ada dua orang yang terlibat di dalamnya atau lebih dari dua orang tetapi arah
interaksinya hanya terjadi dua arah. Contoh : interaksi antara percakapan dua
orang lewat telepon, interaksi antara guru murid dalam kelas jika guru menggunakan
metode ceramah atau tanya jawab satu arah tanpa menciptakan dialog antar murid.
§
Interaksi Tryadic
Terjadi manakala individu
yang terlibat di dalamnya lebih dari dua orang dan pola interaksi menyebar
kesemua individu yang terlibat. Misal, Interaksi antara ayah, ibu, dan anak.
Interaksinya terjadi pada mereka semua.
PerkembanganInteraksiSosialRemaja
Salah satupakarteoriinteraksiThibautdan Kelley (1976)
mendefinisikaninteraksisebagaiperistiwasalingmempengaruhisatusama lain
ketikadua orang ataulebih orang bersama,
merekamenciptakansuatuhasilsatusama
lain.Chaplin (1979)
jugamendefinisikanbahwainteraksimerupakanhubungansosialantarabeberapaindividu
yang manaindividuindividuitusalingmemengaruhisatusama lain secaraserempak.
Homas (Shaw, 1985:71) mendefinisikaninteraksisebagaisuatukejadianketikasuatuaktivitasatausentimen
yang dilakukanseseorangterhadapindividu lain diberiganjaran (reward)
atauhukuman (punishment)
denganmenggunakansuatuaktivitasatausentimenolehindividu lain yang
menjadipasangannya.
Sedangkan Shaw (1976:447)
mendefinisikanbahwainteraksiadalahsuatupertukaranantarpribadi yang
masing-masing orang menunjukkanperilakunyasatusama lain dalamkehadiranmereka,
danmasing-masingperilakumempengaruhisatusama lain.
Jadiinteraksiadalahhubungantimbal-balikantaradua orang ataulebihdanmasingmasing
orang yang terlibat di dalamnyamemainkanperansecaraaktif.
G.Pola Interaksi Remaja dengan Orang Tua
Interaksi remaja dengan orang tua memiliki keunikan
tersendiri, sesuai dengan tahap perkembangannya. Jersild dan Brook (1998)
mengatakan bahwa “interaksi antara remaja dengan orang tua dapat digambarkan
sebagai drama tiga tindakan (three-act-drama)”. Drama tindakan pertama (the
first act drama) menyatakan bahwa interaksi antar remaja dengan orang tua
berlangsung sesuai dengan interaksi yang berlangsung antara masa
anak-anak dengan orang tua. Mereka masih bergantung dan dipengaruhi
dengan orang tua. Tapi, pada masa ini mereka sudah mulai menyadari akan
keberadaannya sebagai pribadi yang memiliki kekhasan dari masa-masa sebelumnya.
Drama tindakan kedua (the second act drama) menyatakan
bahwa pada masa ini remaja mulai berjuang untuk membebaskan dirinya dari
ketergantungan terhadap orang tua. Sehingga ketika mereka berinteraksi dengan
orang tua, mereka mulai meninggalkan kemanjaan dirinya dan belajar untuk lebih
bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu, pada masa ini remaja
sering mengalami konflik atau selisih pergolakan ketika berinteraksi dengan
orang tua. Jersild dan Brook menyebut masa ini dengan “perjuangan untuk
emansipasi”.
Dan pada drama tindakan ketiga (the third act drama),
pada masa ini remaja berus berinteraksi secara lancar dengan orang-orang
dewasa. Meskipun kadang mereka masih sering menemui hambatan yang datang dari
orang tua karena sikap orang tua yang belum bisa melepas anak remajanya secara
penuh. Sehingga, mereka seringkali menentang gagasan-gagasan dan sikap orang
tuanya. Ada dua aspek dalam konteks interaksi antara remaja dengan orang tua
yaitu aspek objektif dan subjektif (Fontana, 1981). Aspek objektif adalah
keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi ketika interaksi antara remaja dengan
orang tua berlangsung. Sedangkan aspek subjektif adalah keadaan nyata yang
dipersepsi oleh remaja pada saat interaksi berlangsung.
Fontana juga menambahkan bahwa tidak jarang remaja lebih
menggunakan aspek subjektif dalam berinteraksi dengan orang tua. Oleh sebab
itu, perlu memperhatikan bagaimana persepsi remaja tentang interaksinya dengan
orang lain dan bukan hanya interaksi nyatanya saja (real interaction). Chaplin
(1979) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam lingkungan keluarga akan
muncul dengan kualitas yang berbeda-beda. Dan kualitas ini mengacu pada derajat
relative kebaikan dan keunggulan suatu hal.
Suatu interaksi dikatakan berkualitas jika mampu
memberikan kebebasan dan kesempatan bagi tiap individu untuk mengembangkan diri
dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Dapat disimpulkan, interaksi antara
remaja dengan orang tua adalah hubungan timbl balik secara aktif antara
keduanya yang terwujud dalam kualitas hubungan yang memungkinkan remaja untuk
mengembangkan potensi dirinya.
H.Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
Pada dasarnaya bergual dengan sesama manusia (sosialisasi)
dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun kelompok. Dilihat
dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu nampak
juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan teori komprehensip tentang perkembangan
sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu sama lain. Dalam
teori Erickson dinyatakan bahwa manusia (anak) hidup dalam kesatuan budaya yang
utuh, dan alam, serta kehidupan masyarakat menyediakan segala kebutuhan
manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan , dan latar belakang kehidupan
budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
I.Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan
Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa
mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi
menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma
social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat
menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk
menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap
menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak.
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja
yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
ü Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan
jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung
jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara
maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak
memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan
cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai,
dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja,
Hoffman (1989) mengemukaka
tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
o
Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil
oleh anaknya.
o
Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat
menerimanya.
o
Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan
orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya
ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika
anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya
itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian
remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang
disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih
(induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak
remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak
remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang
rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya
untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau
perlakuan orang tuanya
ü Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan
hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan
yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan
selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran
yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya
semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga
harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang
secara maksimal.
ü Lingkungan Masyarakat
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan
untuk memberika
rangsang kepada mereka
kearah perilaku yang bermanfaat.
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya
untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .
Simpulan
Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan
antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Perhatian remaja mulai
tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman
tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam
bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
Perkembangan anak
remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan
anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama
intelek dan emosi.
Hubungan social remaja
terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap
tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang
bersifat egois dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar
Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan.
______.
2010. PerkembanganHubunganSosialRemaja.(Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).
Diaksestanggal 5 Oktober 2010.
_______.
2007.PerkembanganSosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/).
Diaksestanggal 5 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar